Jumat, 16 Desember 2011

Diskusi Aktual “Perempuan-Perempuan Koruptor”


By admin
Dipublikasikan pada Rabu, 14 Desember 2011 | 13:25
INFO
Diskusi Aktual “Perempuan-Perempuan Koruptor”
Rabu, 14 Desember 2011, pukul 16.00-17.45 WIB
di Rumah Media, Jl. Raya Laladon No. 54. BOGOR.
Kerjasama MediaIslamNet dengan Pesantren Media.

Liputan Khusus Diskusi Aktual “Mengapa Jembatan Kami (Dibiarkan) Runtuh?”


By admin
Dipublikasikan pada Senin, 5 Desember 2011 | 7:29
Diskusi pekanan edisi hari Rabu, 30 November 2011 sedikit berbeda, dan kurang maksimal. Selain peserta diskusi yang tidak tetap setiap digelar diskusi, juga saat itu hujan deras mengguyur Bogor. Saya yang datang bersama istri dan anak-anak ke Rumah Media, tempat biasa digelar diskusi, terpaksa tak langsung masuk karena mendapat SMS bahwa acara diskusi pada hari itu dilangsungkan di MediaIslamNet. Karena sudah kadung basah-basahan, akhirnya kami menerebos derasnya hujan menuju MediaIslamNet. Eh, di sana pun acara diskusi belum digelar dan Ustadz Umar Abdullah malah memberi informasi bahwa diskusi akan dihentikan sementara untuk menshalatkan jenazah tetangga sebelah rumah beliau. “Tapi, nanti saat ada pengumuman untuk menshalatkan jenazah di masjid,” jelasnya.
Walhasil, dengan suasana yang kurang mendukung untuk mengeksplorasi kajian, maka forum diskusi tak langsung masuk ke inti persoalan. Malah ngobrol seputar kematian segala. Meski tidak berlangsung lama, akhirnya diskusi baru digelar sekitar pukul 16.30-an.
Seperti biasa, Ustadz Umar memberikan prolog seputar tema yang akan dibahas. “Mengapa tema ini dibahas dan diberi judul seperti ini, karena tak biasanya jembatan rubuh dengan cara seperti itu. Umumnya jembatan runtuh jika ada banjir bandang, angin puting beliung, gempa bumi dan sejenisnya sebagai bagian dari bencana alam. Ternyata Jembatan Mahakam II atau Jembatan Kutai Kartanegara ini runtuh saat sedang dilakukan renovasi. Jelas ini ada unsur kelalaian,” Ustadz Umar menjelaskan alasan mengapa peristiwa runtuhnya Jembatan Kukar menjadi topik diskusi pekanan MediaIslamNet dan Pesantren Media.
Prolog singkat itu diakhiri dengan mengajuk pertanyaan kepada peserta dikusi seperti biasanya. Taqiyuddin, peserta dari kalangan anak-anak mengajukan pertanyaan, “Kenapa baut jembatan itu pada lepas dan bagaimana supaya tidak runtuh lagi jembatan tersebut?” Disusul dengan pertanyaan nyaris serupa yang diajukan oleh Abdullah, “Kenapa jembatan itu runtuh?”
Novia Handayani, santriwati Pesantren Media juga tak mau kalah dengan Taqi dan Abdullah, ia menanyakan, “Mengapa SBY tidak mau membangun jembatan tersebut di tempat yang sama?”. Neng Ilham, teman satu kamar Novia di Pesantren Media memberikan pertanyaan, “Siapa yang bertanggung jawab atas runtuhnya jembatan itu? Oya, dari mana tahu bahwa jembatan itu harus bertahan minimal 40 tahun?”
Pertanyaan Novia dan Neng Ilham dilengkapi oleh Farid, santri ikhwan Pesantren Media, “Langkah apa saja agar tidak terulang kejadian ini?” katanya sambil memasang mimik muka heran.
Kini giliran jawabannya. Menurut Ustadz Umar Abdullah, “Secara akidah memang itu takdir. Secara syariat, ada sebab-sebab yang membuatnya runtuh.  Misalnya klem-klem (penjepit) yang renggang, putus tali penyangganya, bahannya jelek, perawatan dan lain sebagainya.”
Senada dengan pernyataan Ustadz Umar Abdullah, Ustadzah Latifah Musa menyampaikan bahwa,  “Dalam kasus runtuhnya jembatan ini yang tersisa adalah alasan selain bencana alam,” tegasnya untuk menunjukkan bahwa runtuhnya jembatan tersebut lebih disebabkan oleh kelalaian manusia.
Ustadz Umar Abdullah menambahkan penjelasannya,  “Jembatan itu sedang direnovasi. Seharusnya tidak diperbolehkan lewat jembatan”
Ya, jika melihat faktanya memang jembatan Kukar bermasalah. Diresmikan tahun 2001 ternyata runtuh di tahun 2011. Jembatan tersebut “mati muda”. Padahal, jembatan dengan panjang lebih dari 700 meter yang membentang di atas Sungai Mahakam (menghubungkan Tenggarong dengan Samarinda) didesain dengan model jembatan gantung seharunya memiliki ketahanan yang lebih dari sepuluh tahun. Atau setidaknya dirancang hingga berdiri kokoh sekitar 40 tahun. Tentu saja untuk bisa menghasilkan kokohnya jembatan, dengan kemampuan manusia yang bisa dilakukan adalah dengan menyiapkan bahan yang berkualitas dan yang jangan dilupakan adalah perawatan.
Dalam hal perawatan, Mas Deddy Arif Fasihin, yang kebetulan hadir meski telat memiliki pendapat, ”Masalah utamanya tidak ada badan yang berwenang untuk merawat jembatannya. Tidak ada juknis. Untuk kepentingan publik itu jangan main-main. Serius dari mulai pembangunan sampai perawatannya.”
Ustadzah Latifah Musa menambahkan bahwa, “Pembangunan sebenarnya ok. Maksudnya sudah dirancang dan disiapkan dengan baik. Tetapi perawatannya yang lebih bermasalah”
Menjawab pertanyaan dari Novia, Ustadz Umar Abdullah menjelaskan,  “Ya, mungkin karena ribet membangun dari tempat yang sudah rusak. Tapi untuk lebih jelasnya, silakan saja tanya sama Pak SBY hehehe,” selorohnya sambil diiringi tawa.
Atas pertanyaan Neng Ilham, Ustadz Umar Abdullah memberikan tanggapan, “Ya, tahu dari mana minimal 40 tahun? Ya, dalam sebuah proyek pasti ada hitungannya. Apalagi itu termasuk proyek besar yang tentu saja membutuhkan biaya besar. Logikany, karena biaya besar maka harus awet. Jangan lupa juga ada perawatan rutin yang harus dianggarkan dananya dengan benar. Jika melihat besarnya tanggung jawab, tentu saja tanggung jawab pemerintah atas kejadian ini yang lebih tepat memikulnya”
Menanggapi pernyataan Ustadz Umar Abdullah, Ustadzah Latifah Musa menekankan, “Harus ada kesadaran masyarakat  untuk saling menjaga jembatan dan fasilitas umum lainnya. Jangan malah dirusak”
Ya, perawatan memang sangat diperlukan. Sebab, bagaimana pun kokohnya sebuah produk, dalam hal ini adalah jembatan Kukar, tanpa perawatan yang benar akan sulit bisa bertahan lama. Memang, idealnya sudah harus disiapkan sejak merencanakan proyek tersebut. Bahan apa saja yang digunakan, kualitasnya seperti apa, siapa pelaksana proyeknya, bagaimana dengan kondisi geografisnya, skala kepentingan dan kebutuhannya, dan siapa saja yang bertanggung jawab secara teknis untuk pemeliharaan dan lain sebagainya karena berkaitan dengan masalah kepentingan dan kebutuhan publik.
Tapi, kami meragukan pemerintah akan serius untuk menangani masalah ini. Tanpa mengerdilkan skala kerusakannya dan belasan korban jiwa dalam kasus ini, sepertinya sulit mengharapkan pemerintah untuk serius menanggapi. Dalam kasus Lapindo saja, sudah bertahun-tahun warga Porong dibenam lumpur belum nampak campur tangan pemerintah yang signifikan untuk menyelesaikannya. Belum lagi masalah lainnya jika mau dirunut sangat banyak. Tetapi miskin tanggung jawab dari pemerintah untuk menyelesaikannya. Masalah yang mungkin sangat dekat dengan kehidupan kita saat ini seperti jalan yang berlubang atau yang rusak parah. Saya, sebagai biker sering berjalan ke berbagai daerah di kawasan Jakarta dan Bogor saja sangat banyak jalan berlubang yang berpotensi membahayakan keselamatan pengendara. Parahnya, ada banyak jalan di beberapa tempat yang sepertinya tak pernah diperbaiki. Pemeritah sangat abai. Menyedihkan.
Diskusi yang meski kurang maksimal dilaksanakan karena beberapa alasan yang saya sebutkan di atas (termasuk laporan liputannya yang sangat telat dituliskan), namun alhamdulillah bisa memberikan kesimpulan. Ya, kesimpulannya memang pemerintah abai dalam masalah kepentingan publik. Memang tidak semua kepentingan publik diabaikan, tetapi lebih banyak yang diabaikan. Bukan soal jembatan saja, tetapi masalah transportasi, kesediaan jalan darat yang bagus dan memadai untuk keselamatan pengendara, juga semua hal hal yang berkaitan dengan kemaslahatan rakyat. Ini harus segera dituntaskan. Semoga pemerintah tidak tuli dengan banyaknya kritikan dan masukan dari rakyatnya sendiri.
Diskusi ini diakhiri dengan pernyataan Ustadz Umar Abdullah yang menyampaikan bahwa di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab ra kesejahteraan rakyat sangat diperhatikan. Pernah Khalifah Umar bin Khattab ra mengatakan bahwa jika ada jalan di Irak yang berlubang sehingga membuat unta terperosok, maka dirinya merasa khawatir akan dimintai pertanggungan jawab di akhirat kelak oleh Allah Swt. Lalu bagaimana dengan kita dan pemerintah yang abai kepada rakyatnya sendiri yang memang manusia (bukan seperti yang dikhawatirkan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra bahwa ada unta yang terperosok karena jalan berlubang di Irak—kepada hewan saja beliau perhatian, apalagi kepada manusia. Kita harus bercermin kepada cara Islam dalam menuntaskan persoalan ini. Sebagaimana pernah dicontohkan—dalam kasus kepentingan umum ini—salah satunya oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. Bisakah? Insya Allah bisa asal pemerintah mau menerapkan syariat Islam yang tegak di bawah naungan Khilafah Islamiyah. [OS]

Liputan Khusus Diskusi Aktual “Nuklir Iran: Kenapa AS, Israel, dan Inggris Sewot?”

By admin
Dipublikasikan pada Minggu, 27 November 2011 | 15:35
Ngobrol bareng soal politik tetap menarik. Tak membuat kening berkerut jika disampaikan dengan ringan dan menghibur. Diskusi Aktual setiap pekan yang digelar MediaIslamNet dan Pesantren Media ini memang dikhususkan untuk konsumsi orang awam. Namun demikian, tetap tidak menghilangkan bobot informasi yang dipaparkan dan diskusi yang digelar. Diskusi pada 23 November 2011 lalu mengambil tema “Nuklir Iran” yang direspon secara berlebihan (dan lebih tepat disebut reaktif) oleh Amerika Serikat, Israel dan Inggris. Tiga negara ini tampak sewot dan meradang dengan rencana pengembangan senjata nuklir oleh Iran.
“Menarik disimak dari dua sisi, sikap AS-Israel dan Inggris terhadap nuklir Iran,” demikian Ustadz Umar Abdullah membuka diskusi. Moderator tetap dalam diskusi aktual ini juga memberikan penekanan bahwa sikap Amerika Serikat terhadap Iran ini perlu diwaspadai. Bisa iya bisa tidak. Maksudnya, masih ada unsur tipu-tipu. Bisa saja berangnya Amerika Serikat itu benar, bisa juga pura-pura. Demikian juga dengan Iran.
Ustadzah Latifah Musa, penulis tetap untuk rubrik Editorial di website MediaIslamNet.com dan juga pengasuh rubrik yang sama di Majalah Udara Voice of Islam memberikan tambahan penjelasan tentang misteri politik Iran. “AS dalam hubungannya dengan Iran, selalu menyimpan sesuatu yang tak pernah dipaparkan secara gamblang, alias ada yang disembunyikan. Skandal Iran-Contra,  Misi Rahasia CIA, Iranian Gate, menunjukkan bahwa apa yang di permukaan bukanlah yang sebenarnya. Sesumbar embargo senjata AS, menutupi skandal kesepakatan di baliknya,” jelas Ustadzah Latifah Musa.
Setelah menyampaikan sedikit prolog, seperti biasa Ustadz Umar Abdullah mempersilakan peserta diskusi untuk bertanya atau memberikan opini terkait permasalahan yang sedang dibahas. Abdullah, peserta diskusi dari kalangan anak-anak (kelas 4 program homeschooling) mengajukan pertanyaan, “Kenapa Indonesia tidak boleh memiliki nuklir?” Dilanjut pertanyaan dari Fatimah, siswi kelas 6 SD yang juga kakaknya Abdullah, “Kenapa Amerika, Israel dan Inggris harus sewot dengan Iran yang ingin mengembangkan senjata nuklir?” Pertanyaannya memang sesuai dengan pokok diskusi aktual pekan tersebut.
Selain Fatimah dan Abdullah yang mengajukan pertanyaan, dari kalangan santri Pesantren Media ada Farid yang bertanya sedikit berbeda konteks, yakni, “seperti apa hubungan antara Iran dan Yahudi?” Junnie Nishfiyanti yang juga sebagai Koordinator Narasumber Program Voice of Islam mengajukan pertanyaan, “Seberapa besar sih cadangan uranium yang dimiliki Iran? Sampai-sampai Amerika, Israel dan Inggris meradang?”
Empat pertanyaan ini sudah cukup menggambarkan antusiasme peserta diskusi terhadap tema yang dibahas. Ustadz Umar Abdullah melemparkan kembali kepada peserta diskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Saya sendiri sesekali saja berkomentar karena harus berbagi perhatian mencatat poin-poin penting yang disampaikan dalam diskusi ini. Umumnya saya menyampaikan data-data tambahan seputar nuklir, Iran dan sepak terjang Amerika Serikat, Israel dan Inggris di Timur Tengah, khususnya kebijakan politik mereka untuk Iran dan Timur Tengah pada umumnya. Termasuk dalam hal ini adalah soal nuklir. Data yang saya sampaikan adalah dari hasil searching di internet yang selama diskusi sinyal wireless tak saya putuskan sambil menulis hal-hal penting lainnya untuk bahan penulisan laporan ini.
Untuk menjawab pertanyaan Abdullah, Ustadzah Latifah Musa menyampaikan bahwa, “Pemerintah belum siap. Khawatir kebocoran karena Indonesia adalah kawasan rawan gempa. Selain itu masyarakat juga menolak. Belum siap. Pengembangan nuklir memang perlu kebijakan negara. Sementara pemerintah tidak memiliki kemandirian dalam kebijakan, terutama masalah nuklir.”
Pandangan sedikit berbeda disampaikan Ustadz Umar Abdullah,  “Ya, ini karena juga diopinikan di tengah masyarakat bahwa energi nuklir itu berbahaya. Fakta yang disodorkan adalah seperti pada reaktor nuklir Fukushima, Jepang awal tahun ini yang meledak setelah tsunami melanda Jepang,” paparnya.
Selain itu, Ustadz Umar Abdullah juga memberikan tambahan penjelasan bahwa sebenarnya penelitian-penelitian tentang nuklir sudah ada sejak jaman pemerintahan Soeharto, seperti didirikannya BATAN (Batan Tenaga Atom Nasional). Masalahnya, menurut beliau, Indonesia menandatangani perjanjian nonproliferasi nuklir.
Dalam catatan di Wikipedia, Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (bahasa Inggris: Nuclear Non-Proliferation Treaty) adalah suatu perjanjian yang ditandatangi pada 1 Juli 1968 yang membatasi kepemilikan senjata nuklir. Sebagian besar negara berdaulat (ada 187 negara) mengikuti perjanjian ini, walaupun dua di antara tujuh negara yang memiliki senjata nuklir dan satu negara yang mungkin memiliki senjata nuklir belumlah meratifikasi perjanjian ini. Perjanjian ini diusulkan oleh Irlandia dan pertama kali ditandatangani oleh Finlandia. Pada tanggal 11 Mei 1995, di New York, lebih dari 170 negara sepakat untuk melanjutkan perjanjian ini tanpa batas waktu dan tanpa syarat. Perjanjian ini memiliki tiga pokok utama, yaitu nonproliferasi, perlucutan, dan hak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk kepentingan damai.
Menjawab pertanyaan Fatimah, Ustadz Umar Abdullah menyampaikan bahwa sewotnya Amerika dan Inggris (termasuk Israel) karena mereka takut tersaingi. Maklum, yang boleh menggunakan senjata nuklir hanya 5 negara. Jika benar dengan sewotnya mereka terhadap rencana Iran mengembangkan senjata nuklir.
Sekadar tahu saja bahwa Perancis (masuk tahun 1992), Republik Rakyat Cina (1992), Uni Soviet (1968, kewajiban dan haknya diteruskan oleh Rusia), Britania Raya (1968), dan Amerika Serikat (1968). Hanya lima negara ini yang memiliki senjata nuklir saat perjanjian ini mulai dibuka, dan juga termasuk lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Lima negara pemilik senjata nuklir (Nuclear Weapon States / NWS) ini setuju untuk tidak mentransfer teknologi senjata nuklir maupun hulu ledak nuklir ke negara lain, dan negara-negara non-NWS setuju untuk tidak meneliti atau mengembangkan senjata nuklir. Nah, itulah sebabnya Indonesia tak bisa memiliki senjata nuklir karena terikat perjanjian non-proliferasi nuklir. “Ini memang cara AS dan empat negara NWS itu untuk tidak tersaingi oleh negara lain dalam kepemilikan senjata nuklir,” tegas Ustadz Umar Abdullah.
Dalam catatan Wikipedia, kelima negara NWS telah menyetujui untuk tidak menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara non-NWS, kecuali untuk merespon serangan nuklir atau serangan konvensional yang bersekutu dengan negara NWS. Namun, persetujuan ini belum secara formal dimasukkan dalam perjanjian, dan kepastian-kepastian mengenainya berubah-ubah sepanjang waktu. Amerika Serikat telah mengindikasikan bahwa mereka akan dapat menggunakan senjata nuklir untuk membalas penyerangan non-konvensional yang dilakukan oleh negara-negara yang mereka anggap “berbahaya”.
Mantan Menteri Pertahanan Inggris, Geoff Hoon, juga telah menyatakan secara eksplisit mengenai kemungkinan digunakannya senjata nuklir untuk membalas serangan seperti itu. Pada Januari 2006, Presiden Perancis, Jacques Chirac menerangkan bahwa sebuah serangan teroris ke Perancis, jika didalangi oleh sebuah negara, akan memicu pembalasan nuklir (dalam skala kecil) yang diarahkan ke pusat kekuatan “negara-negara berbahaya” tersebut.
Pada kesempatan berikutnya, Ustadzah Latifah Musa mencoba menjawab pertanyaan Junnie Nishfiyanti, dengan menyampaikan bahwa, “Iran memiliki SDA minyak dan gas, termasuk uranium, dan Iran memilih mengeksplorasi uranium untuk nuklir.”
Seberapa besar? Cukup besar. Berdasarkan data yang dilansir (suaramedia.com), sumber utama uranium Iran adalah tambang Saghand di tengah Iran, yang memiliki kapasitas produksi 132.000 ton bijih uranium per tahun.
Tambang yang terletak sekitar 300 mil (480 kilometer) sebelah selatan Teheran tersebut terdiri dari sebuah terowongan terbuka yang berisi cadangan minimal dan sebuah tambang yang dalam. Total cadangan bijih uranium di tambang tersebut diperkirakan mencapai 1,73 juta ton. Iran juga memiliki cadangan uranium berkapasitas lebih kecil di sebelah selatan kota pelabuhan Bandar Abbas.
Di kawasan tersebut, sebuah kincir angin diyakini dipergunakan untuk mengolah uranium mentah menjadi konsentrasi bijih uranium yang dikenal dengan istilah “kue kuning”. Iran mengumumkan penemuan lokasi cadangan uranium baru pada tahun 2006 di tiga lokasi di pusat Khoshoomi, Charchooleh, dan Narigan.
Diskusi yang diselingi dengan hilir-mudiknya anak-anak Ustadz Umar di forum sempat mengganggu konsentrasi peserta diskusi, termasuk saya yang harus mencatat informasi. Namun demikian, diskusi masih bisa terkendali. Inilah uniknya diskusi aktual yang digelar MediaIslamNet dan Pesantren Media setiap pekannya: unik, menghibur, cair, tanpa kehilangan bobot pembahasan dan solusinya.
Suguhan informasi ini memberikan tambahan wawasan bagi peserta diskusi, khususnya para santri Pesantren Media yang sedang belajar menimba ilmu. Mereka asik menyimak dan sesekali menimpali dengan pertanyaan spontan sambil ditemani teh manis dan jagung rebus. Ini baru diskusi menarik, karena ilmu dapet, juga perut kenyang. Lain kali, menu untuk menemani diskusi ditambah agar lebih asik. Hehehe.. ini sih usulan saya yang rasanya mulut gatal jika tidak ngemil.

Apa pentingnya membahas soal ini?
Tinggal tersisa satu pertanyaan yang belum dijawab, yakni pertanyaan dari Farid soal hubungan Iran dengan Yahudi. Untuk menjawab pertanyaan ini, Ustadz Umar kemudian memaparkan faktanya, “Di Iran setidaknya ada lebih dari 25.000 kaum Yahudi. Termasuk terbesar yang tinggal di luar Israel. Harus dibedakan antara kaum Yahudi dengan Zionis Israel.”
Saya yang penasaran akhirnya memutuskan surfing di dunia maya, khususnya melalui Google. Ya, benar. Bahwa di Iran ada puluhan ribu penduduk Yahudi. Mereka aman di sana. Bahkan mereka menolak pindah ke Israel. Ketika pemerintah Israel merencanakan untuk membayar keluarga Yahudi Iran yang mau pindah ke Israel sebesar $ 60,000, masyarakat Yahudi Iran mengecamnya dengan pernyataan: “Identitas Yahudi Iran tidak bisa dibeli dengan uang. Masyarakat Yahudi Iran adalah termasuk penduduk Iran tertua. Yahudi Iran mencintai identitas dan budaya Iran mereka. Jadi ancaman dan rayuan politis kekanakan semacam ini tidak akan berhasil.”
Apakah karena fakta ini pula, Iran tak pernah benar-benar mewujudkan ancamannya menyerang Israel? “Iran, sejak 2004 lalu sampai kini tak pernah membuktikan ancamannya untuk menyerang Israel yang sering digembar-gemborkannya kepada dunia,” Ustadz Umar Abdullah mengemukakan pendapatnya.
Ustadzah Latifah Musa ikut berkomentar namun dengan nada memancing logika dan pemahaman peserta diskusi, “Jadi seriuskah AS-Inggris-Israel? Terhadap Iran pun, muncul banyak pertanyaan: Seriuskah Iran? Bukankah  ancaman tersebut juga telah disampaikan beberapa tahun yang lalu? Mengingat kasus skandal Iran-Contra, yang diduga kuat mempertemukan antara pemangku politik tertinggi Iran saat itu dengan Pejabat Tinggi AS dan CIA, bagaimana strategi politik Iran terkini? Fakta yang memunculkan keraguan terhadap Presiden Iran sekarang, yaitu Mahmoud Ahmadinejad, banyak diungkapkan oleh media massa yang rajin menyampaikan info berita Islam seperti: Eramuslim.com, Republika.co.id, Hidayatullah.com, Voice Of al-Islam, dan lain-lain,” demikian penjelasan Ustadzah Latifah Musa yang ingin menegaskan bahwa Iran pun sebenarnya punya problem mendasar ketika harus berhadapan dengan Israel dan Amerika Serikat dengan pengalaman politik masa lalunya.
Sebagai kesimpulan, nampaknya Amerika dan Inggris kemungkinan besar tak akan serius mewujudkan ancamannya menyerang Iran. Begitu juga dengan Iran yang sering bersikap ganas sebagai negara yang ‘berani’ mengancam Israel. Iran diyakini kuat tak akan mewujudkan ancamannya. Selain karena politik di antara negara tersebut yang masih menyimpan misterius karena kepentingan-kepentingan tertentu juga jika pun diwujudkan maka dampak serangan (mungkin akan melibatkan senjata nuklir) akan memicu perang dahsyat dan menyeret banyak negara.
Pentingkah masalah ini dibahas dan didiskusikan? Penting. Setidaknya agar kaum muslimin tahu dan bisa bersikap dengan jelas. Kekaguman sebagian kaum muslimin kepada penguasa Iran karena dinilai berani berhadapan dengan Amerika, sejatinya sarat dengan kepentingan kedua negara tersebut. Begitupun sikap Iran kepada Israel masih perlu diuji lagi karena selama ini Iran seperti hanya memberikan angan-angan kosong kepada kaum muslimin yang sudah merasa muak dengan sepak terjang zionis Israel atas Palestina.
Dalam kaitannya dengan hal ini, Ustadz Umar Abdullah mengungkapkan bahwa dalam sejarahnya—kebetulan saat ini Syiah mayoritas di Iran—punya hubungan dekat dengan Yahudi sejak lama. Entah Syiah dari sekte yang mana yang ada di Iran saat ini. Sebab, kaum Syiah khususnya di Mesir (Fatimiyah) juga berperan dalam ‘merongrong’ kekhalifahan Bani Abasiyah.”
Melengkapi pernyataan ini, saya mendapatkan data di eramuslim.com bahwa pendiri Syiah, Abdulah bin Saba, merupakan seorang Yahudi dari Yaman. Dalam perang salib, kerjasama antara Syiah dengan pasukan salib juga terjadi. Alkisah, ketika Paus Urbanus II menggelorakan perang salib di Eropa, ketika pasukan-pasukan salib tengah direkrut di Eropa sebelum memulai perjalanan untuk merebut Yerusalem, pasukan Syiah Fatimiyah terlebih dahulu menyerang Yerusalem dan membantai umat Islam Sunni Bani Abbasiyah yang menguasai kota suci itu. Yerusalem jatuh ke tangan Syiah Fathmiyah setahun sebelum kedatangan tentara salib pada tahun 1099.
Carole Hillenbrand, Guru Besar Studi Islam dan Bahasa Arab di University of Edinburgh, dalam bukunya yang tebal berjudul “Perang Salib: Sudut Pandang Islam” (1999, mendapat ‘The King Faisal International Prize for Islamic Studies’) menuliskan hal itu. Menurut Hillenbrand, pasukan Syiah Fathimiyah sesungguhnya telah bekerjasama merebut Yerusalem dari tangan Bani Abbasiyah yang sunni, dan pertempuran yang terjadi tatkala pasukan salib pimpinan Godfroi de Bouillon mendatangi gerbang Yerusalem tahun 1099 sebenarnya hanya berada di tingkat akar rumput saja guna menghilangkan aroma konspirasi tingkat tinggi itu.
Pertautan garis keras syiah Iran dengan komunis Rusia dan juga Cina, bisa saja terjadi. Dalam “pergaulan” tingkat tinggi, isme-isme selain Islam sesungguhnya merupakan ciptaan mereka juga. Revolusi Bolsyewik yang dipimpin Lenin-Stalin ternyata juga didanai oleh Yahudi dan Amerika. Kakeknya George W Bush terlibat dalam hal ini. Jadi, baik Marxis maupun kapitalisme sebenarnya memiliki induk yang sama, yakni Yahudi.
Penjelasan tambahan dari Ustadz Umar Abdullah dan sedikit tambahan referensi dari saya menutup liputan khusus Diskusi Aktual “Nuklir Iran: Kenapa AS, Israel dan Inggris Sewot?”. Kesimpulan yang berhasil dirumuskan dalam diskusi ini adalah: meskipun AS, Israel, dan Inggris nampak sewot kepada Iran, tapi kecil kemungkinannya mereka akan mengeroyok Iran. Terlalu berisiko bagi kelanjutan hubungan politik di antara mereka. Begitupun dengan Iran, ghalabatuzh zhan (sangkaan kuatnya) tak akan (pernah) berani mewujudkan ancamannya menyerang Israel. Mungkin karena hubungan dekatnya selama ini dengan komunitas Yahudi di negaranya atau juga demi kepentingan politik lainnya yang masih tersembunyi.
Lalu bagaimana dengan kaum muslimin saat ini? Mari kita lihat ‘sandiwara’ antara Iran, Amerika Serikat, Inggris, dan Israel soal nuklir ini dari jauh sambil menyeruput kopi (sedikit) pahit di sore yang cerah ditemani goreng singkong yang asapnya masih mengepul. [OS]

Liputan Khusus Diskusi Aktual “Apa Maunya Obama Datang


By admin
Dipublikasikan pada Minggu, 13 November 2011 | 11:49
Foto: AntaraNews
Tak seperti biasanya, waktu diskusi dimulai ba’da Asar, tepatnya pukul 16.00 WIB. Pemilihan waktu ini disepakati karena banyaknya peserta yang tidak bisa hadir jika diskusi dilakukan pada malam hari. Alhamdulillah, peserta diskusinya kini bertambah. Ada empat orang akhwat yang hadir dalam diskusi pekanan ini: Junnie; Hesty, Fauziah, dan Wuri. Diskusi Aktual yang digelar setiap pekan ini adalah bagian dari upaya MediaIslamNet dan Pesantren Media merespon setiap kejadian penting dan menarik serta berdampak bagi kehidupan kaum muslimin. Diskusi pada 9 November 2011 lalu mengambil tema: “Apa Maunya Obama Datang”. Tema ini dipilih berkaitan dengan rencana kedatangan (kembali) Obama, penguasa Amerika Serikat dan presiden negara penjajah negeri-negeri muslim.
Diskusi dibuka oleh Ustadz Umar Abdullah, yang menjelaskan bahwa rencana kedatangan Obama ke Bali di KTT Pemimpin ASEAN. “Ini perlu diwaspadai mengapa dia sebagai Kepala Negara AS perlu ikut menghadiri KTT tersebut,” sambungnya.
Untuk mengefektifkan waktu, Ustad Umar mempersilakan peserta untuk bertanya atau menyampaikan apa saja yang perlu dibahas dalam diskusi aktual pekanan tersebut. Seorang peserta akhwat, Junnie Nishfiyanti, yang juga Koordinator Pelaksana Program Voice of Islam mengajukan pertanyaan, “Apa pentingnya AS dalam KTT Pemimpin ASEAN tersebut dan apakah benar ada hubungannya dengan konflik Laut Cina Selatan?”
Junnie melontarkan pertanyaan ini karena dirinya mendapat kiriman SMS dari temannya yang menympaikan kabar tersebut. Itu sebabnya, Ustadz Umar Abdullah sempat nyeletuk bahwa, “Ya, Junnie tanya saja sama pengirim SMS itu. Hehehe…”
Ustad Umar memberikan kesempatan kepada peserta yang lain untuk bertanya, namun tidak ada yang merespon. Akhirnya, sepakat untuk langsung menjawab pertanyaan dari Junnie Nishfiyanti. Ustadzah Latifah Musa memberikan jawaban bahwa kepentingan AS di KTT ASEAN setidaknya ada tiga aspek: Pertama, aspek ekonomi, yakni karena daerah Laut Cina Selatan merupakan jalur lalu lintas perdagangan internasional. Kedua, aspek strategis karena di sana juga terdapat sumber daya alam yang cukup melimpah, khususnya minyak bumi dan gas alam. Ketiga,aspek geopolitik yang meskipun belum ada bukti kuat, Amerika Serikat hendak membangun pangkalan militer di sekitar kawasan tersebut.”
Namun, pernyataan Ustadzah Latifah sedikit disanggah oleh Ustad Umar Abdullah, terutama poin pertama dan ketiga, “Justru saya mempertanyakan, jika benar itu adalah jalur perdagangan internasional, tentunya tak perlu izin bagi negara manapun yang hendak melintasi kawasan tersebut. Jadi, apa maksudnya AS membidik aspek ekonomis tersebut? Selain itu, saya sangat meragukan bahwa Amerika Serikat memiliki modal untuk membangun pangkalan militer dalam kondisi keuangan negara yang sedang terpuruk. Satu-satunya yang masih masuk akal niat AS mencampuri urusan ASEAN di KTT Pemimpin ASEAN adalah untuk mengambil peluang mendapatkan cadangan minyak dan gas alam yang berada dalam kawasan Laut Cina Selatan yang menjadi sengketa sejak lama antara Cina, Taiwan, Filipina, Malaysia, Brunei dan Vietnam. Empat negara terakhir adalah anggota ASEAN,” panjang lebar Ustadz Umar Abdullah menyampaikan penjelasannya.
Jika melihat data teknis tentang kawasan Laut Cina Selatan, khususnya yang diperebutkan 6 negara itu adalah kepulauan Paracel dan Spratly. Kedua kepulauan ini kaya dengan minyak dan gas alam. Menurut data yang dikutip oleh Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), Cina memperkirakan cadangan minyak di sana sebesar 213 miliar barel -atau 10 kali lipat dari cadangan milik Amerika Serikat. Namun para ilmuwan AS memperkirakan jumlah minyak di sana 28 miliar barel. Menurut EIA, cadangan terbesar kemungkinan adalah gas alam. Perkiraannya sekitar 900 triliun kaki kubik, sama dengan cadangan yang dimiliki Qatar. (BBC Indonesia)
Ustadzah Latifah Musa juga memberikan analisisnya tentang kepentingan AS di ASEAN—khususnya Indonesia, bahwa, “Banyak kemungkinan yang bisa dilakukan AS di Indonesia. Tapi yang pasti, AS akan memilih cara yang paling tidak menguras anggaran. Bahkan kalau perlu tanpa anggaran sama sekali dan justru menguras kekayaan negara lain. Obama dituntut untuk berbasa basi dengan manis, agar tak dilempar “sesuatu” semacam sepatu seperti Bush. AS harus memelihara hubungan baik dengan negara-negara ASEAN,” jelasnya.
Ya, AS memang tengah morat-marit secara ekonomi. Utang dalam negeri AS mencapai US 14,3 triliun dollar. Utang itu sudah setara dengan 100 persen dari produksi domestik bruto (PDB) AS selama setahun. PDB setara dengan pendapatan. Jika AS ingin melunasi utangnya tersebut, rasanya-rasanya tidak mungkin karena setiap hari mereka harus melakukan banyak hal dan butuh biaya. Andai pun bisa, sepertinya AS harus mengencangkan ikat pinggang, tidak melakukan pengiriman pasukan, tidak menggerakkan mesin industrinya dan semua yang berkaitan dengan keperluan hajat hidup untuk beberapa tahun ke depan. Apa itu mungkin? Mimpi!
Ustadzah Latifah Musa juga menyampaikan bahwa rencana kehadiran Obama di KTT Pemimpin ASEAN pasti ada maunya, “Saat ini negara-negara ASEAN menjadi mitra “terbaik” yang didambakan AS. Pasalnya, pada pertemuan AS dengan Uni Eropa yang baru lalu, Menkeu AS sempat disemprot oleh Angela Merkel, Kanselir Jerman. Ini gara-gara AS dianggap sok tahu karena menasehati Uni Eropa agar segera mengatasi krisis di Yunani.  Menurut Merkel, AS lebih baik konsentrasi mengurusi negaranya yang sedang dilanda krisis karena utang yang membengkak, daripada mengomentari negara lain. Walhasil, AS merasa perlu teman dalam pertemuan G20 nanti. Konon Indonesia adalah negara besar yang selalu berhasil dipecundangi oleh AS,” sindirnya.
Namun, anehnya banyak orang yang tidak juga mengerti dan masih memuja AS bak negara besar. Mungkin rakyat Indonesia dan sebagian besar warga dunia menutup mata dengan apa yang tengah terjadi di AS? Selain itu, mengapa banyak warga Indonesia yang amnesia bahwa Obama adalah presiden dari negara penjajah dan negara teroris kelas wahid di dunia, sehingga merasa perlu menyambut kedatangan kembali Obama ke negeri ini?
Menarik juga AS menjadikan Indonesia sebagai teman dalam banyak hal, meskipun yang selalu dirugikan adalah Indonesia. Mungkin pemimpin dan rakyatnya senang dicurangi, atau tidak sadar jika sudah dicurangi? Beberapa pembicaraan media massa memang mengarah kepada informasi bahwa AS akan menghapus utang negara Indonesia kepada AS. Benarkah? Lalu jika memang dihapuskan, pemerintah Indonesia akan untung?
Dalam diskusi pekanan ini, peserta diskusi kembali disuguhi fakta yang disodorkan Ustadzah Latifah Musa bahwa, “AS sedang tak punya uang. Di satu sisi, AS punya kewajiban untuk melaksanakan proyek penanggulangan iklim global. Pantas, karena AS adalah penyumbang terbesar emisi gas karbon yang sangat berdampak pada pemanasan global. Negara-negara dunia telah banyak mencaci maki AS atas borosnya pemakaian bahan bakar karbon (migas), belum lagi ulahnya karena tidak menunjukkan keseriusan dalam penanggulangan pemanasan global. Kebetulan Indonesia memiliki banyak hutan. Kebetulan Indonesia ada sedikit hutang pada AS. Kebetulan pemerintahnya tak banyak cing-cong dan gampang dibodohi. Inilah yang selanjutnya menjadi jualan pamor AS pada pertemuan tingkat tinggi negara-negara ASEAN,” terangnya dengan sangat meyakinkan.
Ah, maaf, bodoh benar pemimpin negeri ini, mau saja dikibuli Obama, sang presiden negara penjajah. Tak sadarkah bahwa selama ini, sumber daya alam Indonesia dikeruk nyaris habis? Cobalah tengok perusahaan-perusahaan pengurasa SDA Indonesia seperti Freeport, Exxon, Caltex dan perusahaan sejenis milik Amerika Serikat yang menghisap manisnya SDA Indonesia.
Ustadzah Latifah Musa menambahkan penjelasannya soal ini bahwa asiknya pihak asing menghisap kekayaan negeri kita bukan karena mereka begitu perkasa, tetapi karena pemerintah kita juga tidak berdaya dan malah memuluskan nafsu menjajah mereka, “Ya, pemerintah Indonesia menanam dosa dengan mengeluarkan  Surat Keputusan Presiden Nomor 63 tahun 2004 serta Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1762 K/07/MEM/2007 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral. Atas dasar itu Polda Papua membuat Nota Kesepahaman dengan PT Freeport. PT Freeport dianggap  obyek vital nasional yang harus dijamin keamanannya.  Argumentasi terbalik yang menyesatkan. Seharusnya militer justru mengamankan Papua dari penjarahan PT Freeport terhadap aset penting nasional!”

Perlu solusi
Tentu saja, tujuan mendiskusikan suatu masalah adalah untuk mencari jalan keluar, mencari solusi. Maka, dalam diskusi aktual pekanan yang digelar 9 November 2011 ini harus memiliki solusi yang juga harus diketahui ummat Islam. Meski diskusi didominasi oleh pernyataan Ustadz Umar, Ustadzah Latifah Musa, dan Junnie—kadang sesekali saya ikut nimbrung ngasih data jika diperlukan sambil tetap fokus mencatat poin-poin penting dalam diskusi agar bisa dibuatkan laporannya seperti ini, tetapi alhamdulilllah tetap menarik. Sebabnya, baik peserta dari para santri Pesantren Media maupun kru VOI (Voice of Islam) sangat menikmati diskusi ini. Uniknya, diskusi ini meski membahas tema rumit dan ruwet tetap disampaikan dengan ringan, kadang bercanda sambil makan jagung rebus dan minum teh jeruk, namun tetap fokus pada solusi.
Diskusi pekanan ini, selain menangkap momen penting dan untuk kemaslahatan umat, juga sebagai sarana belajar para santri Pesantren Media dan kru Voice of Islam untuk peka dan peduli terhadap isu yang berkembang serta mampu menganalisisnya dan mendapatkan solusi darinya. Alhamdulillah, meski bagi yang baru bergabung cukup mengerutkan dahi karena minim informasi, tetapi lama kelamaan, karena sering didiskusikan akhirnya mendapat pencerahan. Insya Allah. Semoga kajian rutin ini mampu menjadi jalan pembuka bagi kesadaran peserta diskusi dan bagi ummat pada umumnya untuk kian mengenal ideologi Islam dan mengamalkannya.
Diskusi mengerucut kepada pembahasan: “Bolehkah kita menerima tamu negara penjajah? Sebab Obama adalah presiden AS yang kita tahu bahwa negara ini adalah penjahat perang.”
Ustadz Umar Abdullah dengan tegas memberikan jawaban bahwa kita harus menolak Obama sebagai tamu. Ia memberikan keterangan, “Mengapa Obama harus ditolak berkunjung ke Indonesia, atau paling tidak harus dicuekkin? Karena obama adalah kepala negara Amerika Serikat yang menjadi sekutu zionis Israel. Jika zionis Israel tak henti-hentinya membunuhi kaum muslimin, maka sekutu Israel adalah juga musuh kaum muslimin. Dan tidak ada interaksi dengan negara yang bersekutu dengan musuh kecuali memeranginya.”
Ya, AS dan Zionis Israel saling mendukung satu sama lain. AS adalah sekutu terbaik Israel. Sehingga pilihan logis dan syar’i adalah menolak, atau cuekkin saja lah. Tak perlu disambut bak orang terhormat. Tapi kok ada juga kaum muslimin yang malah membolehkan menerima Obama sebagai tamu?
Ustadz Umar Abdullah membeberkan satu kisah atas alasannya menolak kedatangan Obama. Menurutnya, “Ya, justru begitulah yang diteladankan Rasulullah saw. ketika menolak, atau minimal mencuekkan kedatangan Abu Sufyan bin Harb, pimpinan Mekkah, yang saat itu masih kafir gara-gara Bani Bakar, sekutu Mekah, membunuh satu orang Bani Khuza’ah, sekutu Madinah. Persekutuan Bani Bakar ke Mekah dan Persekutuan Bani Khuza’ah ke Madinah ini  terjadi sesaat setelah perjanjian Hudaybiyah ditandatangani. Dan Abu Sufyan tahu apa konsekuensi penyerangan Bani Bakar terhadap Bani Khuza’ah. Yaitu Madinah akan menyerang Mekkah!” jelas Ustadz Umar Abdullah.
Nah, apa yang dilakuan Abu Sufyan waktu itu setelah tahu peristiwa tersebut? Ustadz Umar Abdullah melanjutkan kisahnya, “Maka cepat-cepat ia ke Madinah. Yang pertama didatanginya adalah rumah putrinya sendiri, yaitu Ummu Habibah, yang menjadi istri Rasulullah saw. Ketika Abu Sufyan akan menduduki kasur Rasulullah, Ummu Habibah cepat-cepat melipat kasur tersebut agar tidak diduduki Abu Sufyan. Abu Sufyan berkata, “Hai putriku, aku tidak tahu apakah engkau tidak menyukaiku duduk di atas kasur ini dan engkau lebih menyukai dia duduk di atasnya.” Kata Ummu Habibah, “Kasur ini milik Rasulullah saw, sedang engkau orang musyrik dan najis. Jadi, aku tidak suka engkau duduk di atas kasur tersebut.”
“Kemudian Abu Sufyan menuju rumah Rasulullah saw. Rasulullah saw. adalah Kepala Negara Islam Madinah. Abu Sufyan berbicara kepada Rasulullah saw., namun Rasulullah saw. tidak menggubrisnya. Kemudian Abu Sufyan pergi kepada Abu Bakar, Umar, Ali dan Fathimah binti Rasulullah saw. agar mereka melunakkan hati Nabi saw. agar tidak menyerang Mekkah. Namun para sahabat Nabi itupun tidak mau melayani permintaan Abu Sufyan. Akhirnya Abu Sufyan pulang ke Mekkah dengan misi yang gagal total. Jadi, selama Amerika Serikat menjadi sekutu Zionis Israel, musuh kaum muslimin, maka selama itu pula ia diperlakukan sebagai musuh kaum muslimin. Obama, kepala negaranya, harus ditolak, paling tidak harus dicuekkin,” panjang lebar Ustadz Umar menyampaikan alasan menolak Obama, karena itulah yang diajarkan oleh Islam.
Kira-kira apa yang hendak dilakukan oleh pemimpin negeri kita dalam merespon rencana kedatangan Obama? Rasa-rasanya para pemimpin negeri kita sulit untuk menolak kedatangan Obama, karena yang dilakukannya justru menghormati tamu negara penjajah tersebut. Apa iya begitu?
Mengakhiri sesi diskusi pekan ini, Ustadzah Latifah memberikan pendapatnya, “Jawabannya kembali kepada kita semua, para pemimpin negara, tokoh masyarakat, militer, dan seluruh komponen  bangsa ini. Akankah bersedia menjadi pengkhianat yang terlaknat, ataukah pahlawan yang menorehkan amal shalih terbesar sebagai seorang muslim yang menolak harga dirinya diinjak-injak kaum penjajah?! Islam mengajarkan: ‘Isy Kariiman  aw Mut Syahiidan’ (Hiduplah mulia atau mati syahid!)”
Kesimpulannya: “Obama harus ditolak kehadirannya, karena ia pemimpin negara yang bersekutu dengan Zionis Israel, dan juga pemimpin negara yang telah mengalirkan jutaan tetes darah kaum muslimin di Irak, Afghanistan, dan juga Palestina. Menyedot banyak Sumber Daya Alam di negeri-negeri muslim, khususnya Indonesia.”
Demikian catatan hasil diskusi pekanan di Rumah Media, hasil kerjasama MediaIslamNet dengan Pesantren Media. Semoga bisa menambah wawasan kita dan semoga Allah Swt. memudahkan kita untuk berpikir kritis, cerdas, dan islami dalam menghadapi berbagai perkembangan peristiwa di sekitar kita. Tujuannya insya Allah demi kemaslahatan kaum muslimin agar hanya aturan Allah Swt. dan RasulNya yang dijadikan sandaran dalam segala aktivitas kehidupannya, sehingga keberkahan senantiasa hadir dalam kehidupan kita, bagi masyarakat kaum muslimin dan bagi negeri-negeri muslim. Semoga Allah menyegerakan pertolonganNya agar tegak kembali Khilafah Islamiyah, institusi negara yang akan melindungi kaum muslimin dan menampakkan kemuliaan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin dengan keagungan syariatNya. Insya Allah. [OS]

Liputan Khusus Diskusi Aktual “Apa Sebab Indonesia Terbebas dari Krisis Ekonomi


By admin
Dipublikasikan pada Senin, 21 November 2011 | 4:47
Mohon maaf sebelumnya kepada para pembaca setia reportase hasil diskusi aktual mingguan yang diselenggarakan MediaIslamNet dan Pesantren Media. Sebabnya apa? Sebabnya saya menuliskan laporannya telat, sangat telat bahkan. Saya tidak hendak mengampuni diri sendiri sebagai alibi atas keterlambatan menuliskan laporan ini untuk disajikan kepada pengunjung dan pembaca setia website mediaislamnet.com. Tetapi sejujurnya memang sejak kamis pagi (17 November) hingga ahad sore (20 November) jadwal saya cukup padat, sehingga agak merepotkan membagi waktu untuk menuliskan laporan ini karena kegiatan saya juga memang didominasi dengan hal yang tak jauh dari menulis dan hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan remaja: mengisi seminar, mengisi workshop, siaran di radio, dan juga menulis beberapa artikel lain, ditambah harus mengecek tugas-tugas menulis para santri Pesantren Media dan juga mengelola beberapa website dan blog yang menjadi tanggung jawab saya dalam editing konten dan maintenance-nya. Jadi sekali lagi saya mohon maaf atas keterlambatan melaporkan hasil diskusi. Semoga belum informasinya belum basi.

Pada edisi 16 November 2011 lalu, diskusi  rutin ini dihadiri Burhan, Lucky, Junnie, saya sendiri, juga para santri Pesantren Media dan tak ketinggalan Ustadz Umar Abdullah dan Ustadzah Latifah Musa. Saya sendiri telat datang, lewat 15 menit dari waktu yang ditentukan (pukul 16.00 WIB). Peserta sudah kumpul dan pembahasan baru saja akan dimulai. Tema diskusi aktual yang dipilih adalah “Apa Sebab Indonesia Terbebas dari Krisis Ekonomi”. Ya, tema ini menarik sekaligus menggelitik. Sebelum diskusi dimulai, ketika publikasi diskusi ini dirilis di website mediaislamnet.com dan halaman facebook mediaislamnet, ada yang berkomentar bahwa Indonesia belum bebas dari krisis karena banyak rakyatnya yang miskin. Benarkah pernyataan ini? Tidak.

“Harus dibedakan antara krisis ekonomi dengan fakta kemiskinan. Krisis ekonomi lebih difokuskan kepada kondisi keuangan negara. Meski banyak rakyatnya yang miskin, tetapi jika kondisi keuangan negaranya baik, belum disebut sebagai negara yang sedang dalam krisis,” Ustadzah Latifah menyampaikan pendapatnya. Jawaban beliau atas opini di halaman facebook yang saya ajukan sekaligus menjadi pembuka diskusi aktual mingguan.

Dipertegas oleh Ustadz Umar Abdullah, “Ibarat seorang ayah, kepala keluarga, dia belum disebut keluarganya mengalami krisis ekonomi meskipun anak dan istrinya kekurangan secara finansial. Tetapi memang disebut dzalim saja. Menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.”

Ya, ini arah pembahasan diskusi dengan tema “Apa Sebab Indonesia Terbebas dari Krisis Ekonomi”. Dibanding Amerika Serikat yang babak belur kondisi keuangan negaranya, atau Yunani dan negara Eropa lainnya yang digerus krisis ekonomi global, Indonesia termasuk yang tahan banting. Tak terkena dampak tersebut. Apa sebab? Bahwa fakta kemiskinan di Indonesia masih banyak, memang benar. Bahwa fakta angka pengangguran di Indonesia kian tinggi, itu juga tidak salah. Namun secara umum, negara belum dikategorikan krisis secara ekonomi.

Menarik menyimak obrolan peserta diskusi. Abdullah, peserta diskusi dari kalangan anak-anak (kelas 4 homeschooling) yang ikut serta bertanya dengan polosnya, “Sebenarnya krisis itu apa sih?” Hadirin tertawa mendengar celetukannya. Apalagi dia mengembel-embeli bahwa pertanyaan tersebut dari Om Burhan. Abdullah, menjadi pencair suasana diskusi. Pertanyaan Abdullah tetap dijawab. Ustadzah Latifah Musa memberikan perumpamaan, “Ya seperti krisis air. Artinya kesulitan air” Abdullah tampak tersenyum puas. Rupanya dia mulai bisa menghubungkan istilah krisis dengan ekonomi. Jika digabung berarti kesulitan ekonomi.

Meski diskusi sempat melebar terlalu jauh dari pokok pembahasan,tetapi kemudian berhasil dikembalikan pada fokus permasalahan. Seperti ketika Ustadz Umar Abdullah mencoba membahas perbedaan antara krisis ekonomi dengan fakta kemiskinan yang jika tidak dihentikan dan diarahkan ke pokok bahasan akan melebar terlalu jauh.

Ustadzah Latifah Musa menyampaikan alasan mengambil tema diskusi pekan tersebut. Yakni, ketika dirinya mengajar di sebuah sekolah. Waktu itu ia melontarkan pertanyaan kepada murid-muridnya, “Apa kalian tidak tahu bahwa dalam minggu ini Kepala Negara kita berpidato dalam sebuah Pertemuan Tingkat Tinggi Negara-negara se-Asia Pasifik?”  Saya sedikit menyinggung tentang Pidato SBY dalam Forum Bisnis APEC tanggal 15 November 2011. “Tahukah Antum semua, bahwa Indonesia adalah negara yang sanggup bertahan dari krisis global?”

Lebih lanjut Ustadzah Latifah menjelaskan, “Di kelas satu ini, mereka semua sudah tahu bahwa saat ini AS sedang dalam krisis utang yang memalukan dan Uni Eropa sedang habis-habisan dihajar krisis yang sama. Tentulah dipandang membanggakan oleh pemerintah, ketika pengusaha-pengusaha multinasional menyimak dengan tekun penjelasan SBY tentang resep keluar dari situasi krisis ala Indonesia.”

Ketimbang Presiden SBY yang menjelaskan bahwa resep pemerintahannya terhindar dari krisis ekonomi adalah karena adanya formulasi tertentu di bidang ekonomi dan juga pemberantasan korupsi, seorang anak  di SMP Homeschooling tersebut menjawab sederhana, ““Rakyat Indonesia tahan krisis, karena sehari-harinya sudah biasa miskin, Bu!”, katanya. “Jadi tidak ada bedanya, krisis atau tidak krisis. Karena sehari-harinya sudah biasa krisis.”

Mencengangkan jawabannya, dan sekaligus menggelitik. Ada benarnya juga anak ini. Jawaban muridnya Ustadzah Latifah Musa yang diceritakan kembali oleh beliau dalam forum diskusi ini menjadi inspirasi untuk merumuskan dan menyimpulkan sebab-sebab Indonesia terbebas dari krisis ekonomi global. Penjelasan ini juga sekaligus menjawab pertanyaan yang dilontarkan Junnie Nishfiyanti tentang apa saja yang dibahas dari Pertemuan Tingkat Tinggi Negara-negara se-Asia Pasifik (APEC).

Suasana diskusi makin asik ketika waktu sudah menunjukkan di kisaran angka 17. Sudah setengah jalan. Beberapa rumusan sudah mulai disiapkan karena diskusi sudah memasuki babak akhir. Ustadz Umar Adbullah sempat menceritakan bahwa Indonesia pernah mengalami krisis di tahun 1998. Beliau juga sempat beseloroh kepada beberapa santri Pesantren Media menanyakan apakah mengetahui peristiwa tersebut. Neng Ilham, salah satu santri akhwat menjawab bahwa pada saat itu usianya baru 2 tahun. Peserta diskusi terpancing tawanya dengan informasi tersebut.

“Indonesia mulai diterpa krisis ekonomi  sejak Agustus 1997. Banyak perusahaan tutup. Dolar naik hingga Rp 15.000 per dolar. Perusahaan bangkrut karena utang mereka dalam bentuk dolar. Ekspor Indonesia turun, meski impor agak naik. Bank dilikuidasi. Karena tidak berjalan sesuai mekanisme: simpan-pinjam, sedikit yang simpan, banyak yang pinjam,”demikian paparan singkat Ustadz Umar melengkapi informasi dalam diskusi ini.
Ustadz Umar Abdullah juga menjelaskan bahwa ada yang lucu dengan pemerintahan Amerika Serikat yang mulai panik dengan kebangkitan Cina. Obama sempat meminta Cina untuk tidak mempermainkan nilai mata uangnya untuk bertahan di level bawah, “Secara sistemik Cina tidak mau menaikkan nilai mata uang Yuan. Supaya produksi dan distribusi barang jadi murah. Ini mengakibatkan sektor produksi dan distribusi barang-barang AS tak kuat bersaing di pasar karena mereka mengandalkan nilai tukar mata uang dollar terhadap mata uang negara lain,” paparnya.
Secara sederhana untuk memahami masalah ini, Cina memang memberikan peluang bagi sektor produksi dan distribusi bagi para pengusaha di negaranya untuk bisa bersaing di pasar. Harga dibuat murah karena ongkos produksi dan distribusi murah disebabkan mata uang Yuan tak ikut beranjak naik meski mata uang dollar naik. Cina tidak mau menstandarkan mata uang Yuan ke dolar. “Amerika ini memang aneh. Kalah bersaing malah meminta pesaingnya menurunkan kekuatannya,” seloroh Ustadz Umar Abdullah menanggapi fakta tersebut.
Terbiasa miskin

Ustadzah Latifah Musa menyampaikan bahwa, “Sebenarnya Presiden  tak layak bicara tentang kehebatan-kehebatan timnya. Ketahanan terhadap krisis yang sesungguhnya itu ada pada seluruh rakyat. Mayoritas rakyat Indonesia yang miskin namun bermental baja dan berhati pualam. Presiden seharusnya bicara di hadapan pemimpin-pemimpin negara se-Asia Pasifik tentang kehebatan rakyat Indonesia yang ikut membantu negara terbebas dari krisis ekonomi”

Dalam diskusi ini, lalu disusun bersama poin-poin apa saja yang dimiliki umumnya rakyat Indonesia yang mayoritas muslim ini dalam ‘membantu’ pemerintah terbebas dari krisis ekonomi global yang melanda Amerika Serikat dan Eropa. Poin-poin tersebut adalah bahwa rakyat Indonesia umumnya:

  1. Nrimo. Menyukuri hidup apa adanya. Bila harga beras naik tak terjangkau, maka mereka mengurangi jatah makan, mengganti menu dengan singkong atau ubi yang lebih murah. Bahkan ada pula yang telah menyumpal perutnya dengan nasi aking. Lebih tragis lagi, di salah satu pelosok negeri ini, ada rakyat yang sanggup memakan biji buah asam. Bukan karena suka, tetapi karena memang sudah tak ada lagi yang dimakan.
  2. Mayoritas masyarakat Indonesia yang miskin ini biasa hemat. Nasi dengan lauk kerupuk, nasi dengan lauk sayur dan nasi dengan lauk kecap, juga sudah biasa. Pedagang yang juga rakyat menyiasati dengan membuat kerupuk dan kecap yang rasanya lebih nikmat.
  3. Untuk menyiasati kenaikan harga-harga, rakyat bisa berkreativitas. Ketika harga daging ayam atau ikan melambung, muncullah menu telor penyét. Ketika harga telor pun melambung, muncullah menu tempe penyét. Harga beras mahal, menjamurlah sega kucing dengan lauk yang hanya sejumput-sejumput. Lidah masih bisa bergoyang walaupun anggaran makan terbatas.
  4. Seharusnya pemerintah berterima kasih karena rakyat kecil tak kenal pasar saham, tak kenal investasi dalam bentuk dollar, tak punya utang di bank. Tahun 2008, penipuan ala Madoff yang membangkrutkan dan memukul perekonomian AS tidak terjadi di sini. Di sini hanya ada Century yang sampai kini masih menyimpan misteri.
  5. Rakyat kecil terbiasa menahan lapar. Mayoritas rakyat yang beragama Islam terbiasa puasa, mulai dari puasa Ramadhan, puasa Senin Kamis, hingga puasa Daud (berselang seling hari). Ada rekan saya yang sengaja berpuasa Daud, karena memang benar-benar sedang kekurangan.
  6. Rakyat kecil mudah bersyukur dan bersedekah. Bagi kaum muslimin, Rasulullah Saw mengajarkan makanan untuk berdua bisa dimakan bertiga. Makanan bertiga bisa dimakan bersama-sama. Rakyat kecil tak pernah membiarkan rakyat kecil lainnya kelaparan. Sedekah membuat kehidupan yang secara hitungan statistik kurang menjadi cukup dan barakah.
  7. Rakyat kecil banyak bersabar, walau kebijakan pemerintah banyak yang  tak bijak sehingga tak layak lagi disebut kebijakan. Kehidupan kian sulit walaupun kata pemerintah ekonomi terus tumbuh. Kenyataannya subsidi banyak dihapus, bantuan banyak dikorup, kekayaan alam milik bangsa dirampok negara lain. Penguasa lebih suka melayani pemimpin penjajah daripada membuat rakyat lebih sejahtera.

Ustadzah Latifah Musa mengomentari hasil rumusan diskusi tersebut dengan pendapatnya, “Inilah sebenarnya potensi besar bangsa ini. Semua ini terpancar dari karakter keIslaman yang masih tersisa.”

Beliau juga menambahkan komentarnya dengan sindiran telak, “Sayangnya kita semua masih bodoh. Sekiranya kita menggunakan seluruh karakter keIslaman kita, seperti menjalankan perekonomian yang Islami, menghapuskan riba dan segala bentuk perdagangan yang fiktif, memberantasan korupsi yang adil dan tak tebang pilih, dan bagaimana menjadi pemimpin-pemimpin muslim dengan semangat jihad membela kedaulatan bangsa ini dalam rangka menyelamatkan aset-aset negeri yang terampas dan harga diri yang terinjak-injak. Dengan menampilkan seluruh karakter keIslaman mayoritas kita, niscaya tak sulit untuk meretas jalan menuju Indonesia Negara Adikuasa. Bagi rakyat kecil, statemen-statemen tentang keberhasilan Indonesia dalam Forum Tingkat Tinggi itu menjadi begitu kering, kosong dan hampa. Seperti Stand Up Commedy yang bahkan untuk tersenyum getir saja sudah tak bisa. Mengenaskan!”

Diskusi berakhir tepat saat adzan Magrib berkumandang dari masjid di komplek perumahan Laladon Permai. Kami semua berkemas sambil mendengarkan saya membacakan poin-poin penting hasil diskusi sebagai bahan untuk menuliskan laporan ini. Semoga Allah Swt memberkahi kita dan memudah segala urusan kehidupan kita. Diskusi dan hasilnya dalam bentuk laporan tertulis ini adalah salah satu bagian dari upaya kami untuk ikut berkontribusi dalam dakwah memperjuangkan tegaknya syariat Islam dan menyadarkan umat Islam akan kehebatan Islam sebagai ideologinya. Insya Allah [OS]

20 Thousand Muslims Reject Obama

WALPAPER HIZB UT-TAHRIR2009

KONFRENSIRAJABINDONESIA.flv

HTIINFOKOM"PKPI"peranan Partai Politik

HTIINFOKOM "AAgym Di Konfrensi Khilafah Internasional"

Sabtu, 10 Desember 2011

tugas TED siap

1.       - kapasitor : komponen listrik yang berguna untuk menyimpan muatan listrik.
  -resistor   : komponen elektronika pasif yang bersifat menghambat arus listrik.
  -induktor  : komponen elektronika yang bekerja berdasarkan induksi magnet.

2.       fungsi kapasitor : penyimpan arus listrik,penghubung,filter.
              fungsi induktor : mengubah arus listrik menjadi medan magnet.

3.       medan magnet
4.      fixed resistor : resistor yang nilai hambatannya tetap.
variabel resistor : resistor nilai hambatannya dapat di atur.
resistor non linier : resistor yang nilai hambatanya tidak linier dipengaruhi oleh suhu dan cahaya.
5.      variabel resistor
6.      merah : 2
merah : 2
orange : 103
emas : ±5%
nilai resistor : (22*103 ) ±5%
                                   : 22.000 ±5%
                                   : 22 k ±5%
7.      ______|C1|______|C2|______
Cs = (C1 * C2)/C1 + C2


8.      kapasitor non polar adalah kapasitor yang kakinya tidak positif\ negatif
contohnya : mika,kertas,kaptantalum.

9.      1,00054
10.  R1 =3
R2 = 7
R3 = 8
Dit = Rp ?
Jawab = 
1/ Rp = 1/R1+ 1/R2+ 1/R3
              = 1/3 + 1/7 + 1/8
           = (56+52+21)/168
101Rp = 168
      Rp = 168/101

Kamis, 08 Desember 2011

bloidjubi.com || An Alternative Media in Tanah Papua ||tab

bloidjubi.com || An Alternative Media in Tanah Papua ||tab

Pesanan Parcel Naik - Antara News Video

Pesanan Parcel Naik - Antara News Video

Telaah Wahyu : Tak Layak Mencari Hakim Selain Allah

Maka patutkah aku mencari hakim selain Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Alquran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Alquran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu [TQS al-An’am [6]: 114).

Banyak fakta yang menunjukkan betapa rusaknya ketika manusia, masyarakat, dan negara yang ditata dengan hukum produk hawa nafsu manusia. Meskipun fakta tersebut dapat diindera dengan kasat mata, namun seruan untuk segera mencampakkan hukum jahiliyyah itu seraya segera menerapkan syariah, masih banyak mendapat penolakan. Padahal, tidak ada satu pun argumentasi yang dapat diterima untuk mendukung dan membenarkan penolakan tersebut.
Manusia tidak layak mengambil dan menerapkan hukum buatan manusia, amat banyak dijelaskan dalam ayat maupun hadits Nabi SAW. Ayat ini adalah di antaranya.
Hanya kepada Allah
Allah SWT berfirman: Afaghayrul-Lâh abghîhakam[an] (maka patutkah aku mencari hakim selain Allah).Dijelaskan al-Baghawi bahwa sesungguhnya dalam ayat ini terdapat kata yang disembunyikan, yakni: Katakan kepada mereka, wahai Muhammad, apakah kepada selain Allah saya mencari hakim antara aku dan kalian? Menurut Abu Hayyan, kaum Musyrikin Arab berkata kepada Nabi SAW, “Jadikanlah antara kami dengan engkau hakim dari pendeta Yahudi atau pendeta Nasrani untuk mengabarkan kepada kami tentang engkau berdasarkan kitab mereka.” Lalu, turunlah ayat ini.
Ayat ini diawali dengan hamzah al-istifhâm, huruf yang berguna sebagai kata tanya. Dalam konteks ayat ini, sebagaimana dijelaskan al-Syaukani, al-Alusi, dan al-Biqa’i, kata tersebut memberikan makna al-inkârî. Yakni kalimat tanya yang bertujuan mengingkari perkara yang disebutkan. Bisa juga bermakna al-nafiyy (menegasikan) sebagaimana diterangkan Abu Hayyan al-Andalusi. Dalam Alquran, cukup banyak uslub seperti ini, seperti firman Allah SWT: Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan (TQS Ali Imran [3]: 83).
Perkara yang diingkari dan dinafikan dalam ayat ini adalah tindakan mencari hakamselain Allah SWT. Menurutahli bahasa, kata al-hakam semakna dengan kata al-hâkim.Artinya, man yatahâkamu ilayh al-nâs (orang atau pihak yang menjadi rujukan bagi manusia dalam memutuskan perkara). Demikian al-Jazairi dalam tafsirnya, Aysar al-tafâsâr. Hanya saja, menurut sebagian ahli takwil, kata al-hakam lebih sempurna daripada kata al-hâkim. Sebab, al-hâkim mencakup semua orang yang menghukumi, sedangkan al-hakam tidak menghukumi kecuali dengan benar. Demikian Fakhruddin al-Razi dalam tafsirnya, Mafâtîh al-Ghayb.
Dengan demikian, ayat ini memberikan pengingkaran terhadap tindakan orang yang mencari pemutus perkara dengan keputusan yang benar kepada selain Allah SWT. Selain ayat ini, amat banyak dalil yang memberikan celaan dan larangan terhadap orang yang tidak mau berhukum kepada-Nya atau hukum yang diturunkan-Nya, seperti QS al-Nisa [4]: 60, al-Maidah [5]: 45, 46, dan 47, dan lain-lain.
Kitab-Nya Sudah Terperinci
Bahwa tindakan mencari hakam selain Allah SWTmerupakan tindakan yang tidak layak, ditegaskan dalam frasa selanjutnya: Wahuwa al-ladzî anzala ilaykum al-Kitâb mufashshal[an] (padahal Dialah yang telah menurunkan kitab [Alquran] kepadamu dengan terperinci?).Menurut al-Alusi, kalimat ini berkedudukan sebagai hâl yang berfungsi muakkidah li al-inkâr (menegaskan makna pengingkaran).
Maksud dari kata al-Kitâb dalam kalimat ini adalah Alquran.Sebagaimana dijelaskan para mufassir, seperti al-Syaukani, Ibnu Athiyah, al-Wahidi al-Naisaburi, al-Biqa’i, dan lain-lain. Sedangkan mufashshal[an], menurut al-Syaukani, berarti mubayyan[an]wâdhih[an] mustawfiyan li kulli qadhiyyah’alâ al-tafshîl (terang, jelas, dan mencukupi untuk semua masalah secara terperinci).
Tak jauh berbeda, al-Alusi juga memaknainya sebagai mubayyan (terang). Di dalamnya terdapat penjelasan tentang yang haq dan batil, halal dan haram, dan berbagai hukum lainnya sehingga tidak ada satu pun perkara agama yang rancu dan samar. Maka semua kebutuhan sesudah itu, dapat merujuk kepada hukum tersebut.
Bahwa Alquran telah memberikan penjelasan tentang hukum secara menyeluruh juga diberitakan dalam firman-Nya: Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu(TQS al-Nahl [16]: 89). Juga dalam QS Hud [11]: 10. Oleh karena Alquran memberikan penjelasan secara menyeluruh dan terperinci, maka manusia tidak memerlukan lagi hukum-hukum lainnya dalam perkara al-dîn. Mengapa masih mencari yang lain sementara semua jawaban atas pertanyaan hukum sudah tersedia dalam Alquran?
Realitas Ahli Kitab
Setelah dijelaskan tentang keharusan berhukum kepada-Nya, kemudian diberitakan mengenai realitas sesungguhnya Ahli Kitab terhadap Alquran. Allah SWT berfirman: Wal-ladzîna âtaynâhum al-Kitâb ya’lamûna annahu munazzal min Rabbika bi al-haqq(orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Alquran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya).Penunjukan kata al-Kitâbdalam frasa ini berbeda dengan frasa sebelumnya. Sebagaimana diterangkan al-Biqa’i, kata al-Kitâb dalamfrasa ini menunjuk kepada Taurat, Zabur, dan Injil. Sehingga, maksud dari orang-orang yang telah diberikan al-Kitabini adalah Yahudi dan Nasrani. Merekalah kaum yang telah diberikan kitab-kitab tersebut. Menurut Abu Hayyan, al-Jazairi, dan al-Shabuni, dalam konteks ayat ini, mereka adalah para pendeta Yahudi dan Nasrani. Sedangkan dhamîr al-ghâib pada kata annahu menunjuk kepada Alquran.
Diberitakan dalam ayat ini, sesungguhnya mereka telah mengetahui kebenaran Alquran. Mereka juga mengetahui bahwa Alquran benar-benar merupakan kitab yang diturunkan Allah SWT, yang di dalamnya tidak ada perkara yang batil dan meragukan. Imam al-Qurthubi menafsirkan frasa munazzal min Rabbika bi al-haqq dengan ungkapan: Semua yang ada di dalamnya, baik janji maupun ancaman, merupakan kebenaran.
Menurut sebagian mufassir, seperti al-Nasafi, maksud dari al-ladzîna âtaynâ al-Kitâb adalah orang-orang Mukmin yang sebelumnya berasal dari Ahli Kitab, seperti Abdullah bin Salam dan teman-temannya. Mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran Alquran.
Akan tetapi tampaknya penafsiran ini tidak tepat. Sebab ada beberapa nash yang menunjukkan bahwa selain mereka (Ahli Kitab) yang masuk Islam, sesungguhnya juga mengetahui kebenaran Alquran dan kenabian Rasulullah SAW (lihat QS al-Baqarah [2]: 146, al-An’am [6]: 20). Akan tetapi, pengetahuan mereka terhadap kebenaran Alquran tidak lantas membuat mereka menjadi beriman. Sebagian besar mereka tetap bersikap ingkar karena kesombongan dan kedengkian mereka. Allah SWT berfirman: Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran (TQS al-Baqarah [2]: 109).
Bahkan bukan hanya Ahli Kitab, semua orang yang mau menelaah Alquran niscaya akan berkesimpulan sama. Sebab, sebagai Kitab yang ditujukan untuk seluruh manusia, kemukjizatan Alquran dapat dijangkau oleh semua manusia. Oleh karena itu, tatkala manusia menggunakan akalnya dengan benar pastilah dapat menangkap kebenaran Alquran.
Kemudian ayatini ditutup dengan firman-Nya: Falâ takûnanna min al-mumtarîn (maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu).Menurut al-Alusi, pengertian al-mumtarîn adalah al-mutaraddidîn (orang-orang yang ragu). Tak jauh berbeda, al-Qurthubi juga menafsirkannya sebagai al-syâkkîn (orang-orang yang ragu). Yakni, orang-orang yang ragu bahwa Alquran itu diturunkan Allah.
Khithâb (seruan) ayatini secara zhahir ditujukan kepada Nabi SAW. Seruan tersebut bisa bermakna sebagai al-tahyîj wa al-ilhâb (membangkitkan dan mengobarkan semangat). Ini sebagaimana firman Allah SWT: Dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik(TQS al-An’am [6]: 14). Bisa juga dipahami, bahwa eruan tersebut pada hakikatnya ditujukan kepada umatnya.
Demikianlah. Tidak ada alasan yang dapat membenarkan sikap yang menolak hukum yang diturunkan Allah SWT. Selain hukum tersebut dijamin kebenarannya, juga telah memberikan solusi permasalahan hidup manusia secara menyeluruh. Termasuk dalam aspek politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan pria-wanita, pidana, dan lain-lain. Inilah satu-satunya hukum yang akan mengantarkan mansuia meraih kebahagian di dunia dan akhirat. Wal-lâh a’lam bi al-shawâb.

Jubir HTI : Berantas Korupsi dengan Syariah Bernilai Ibadah

Keberadaan Polri dan Kejaksaan tidak mampu membendung derasnya korupsi di Indonesia sehingga dibentuklah KPK. Tetapi alih-alih korupsi sirna malah terjadi fenomena Gayus. Ada apa ini? Seriuskah pemerintah memberantas korupsi? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan mediaumat.com Joko Prasetyo dengan Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto. Berikut petikannya.
Setiap 9 Desember Indonesia turut merayakan Hari Anti Korupsi Sedunia tetapi mengapa korupsi malah semakin marak?
Karena yang dilakukan hanya sebatas seremonial. Ada seminar anti korupsi dibuka oleh presiden. Ada Hari Anti Korupsi, semua memperingati. Tetapi tidak ada langkah-langkah yang justru diperlukan dalam penanggulangan korupsi itu.
Apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan itu?
Pertama, teladan dari pemimpin. Teladan itu tidak ada. Korupsi itu kan sebenarnya menyangkut prilaku, sedangkan prilaku sangat terkait dengan kebiasaan, kebiasaan ditentukan oleh lingkungan. Dalam budaya patrialistik seperti di Indonesia ini, lingkungan itu dipengaruhi oleh teladan pimpinan.
Teladan yang ada sekarang ini justru pimpinan yang mengajari korupsi. Dirjen korup karena menterinya korup, menteri korup karena tahu presidennya korup, begitu! Jadi sebenarnya Gayus itu hanya fenomena kecil. Tidak mungkin Gayus itu melakukan begitu kalau dia tidak tahu atasannya melakukan korupsi.
Kedua, tidak ada hukuman yang setimpal. Hampir semua terpidana korupsi itu hanya divonis tiga sampai empat tahun. Dapat remisi dan remisi jadi dipenjaranya hanya sekitar satu tahun. Tidak ada yang dihukum mati.
Ketiga, tidak ada pembuktian terbalik. Semua persidangan korupsi hakimnya yang harus membuktikan bahwa secara materiil yang bersangkutan korupsi. Lha, mana ada sekarang koruptor yang meninggalkan jejak! Sekarang ini kan bukti transfer tidak ada, cek tidak ada, semuanya itu kontan dari tangan ke tangan. Kalau perlu penyelesaiannya dilakukan di luar negeri.
Tetapi kalau pembuktian terbalik itu bisa dilakukan, jadi bukan hakim lagi yang harus membuktikan, tetapi yang bersangkutan harus dapat membuktikan bahwa harta yang didapatnya itu diperoleh dengan cara yang halal.
Nah, tiga poin ini yang justru tidak dilakukan. Bahkan pasal pembuktian terbalik dihapus dalam UU Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Siapa yang menghapus? Anggota DPR. Mengapa anggota DPR menghapus? Karena anggota DPR juga takut kalau delik dalam pasal tersebut kena ke dirinya.
Itu berarti menunjukkan ketidakseriusan dalam memberantas korupsi kan? Pemerintah diam saja melihat kelakukan DPR seperti itu. Karena pemerintah juga tahu kalau ada pasal pembuktian terbalik dirinya juga kena.
Kalau dalam sudut pandang Islam keseriusan memberantas korupsi ditunjukkan dengan apa?
Tiga poin di antaranya kan sudah disebut tuh barusan. Itu semua ada teladannya di masa Nabi Muhammad SAW dan para khalifah. Contoh di masa Khalifah Umar bin Khaththab. Sebelum aparat negara menjabat, dihitung dulu harta kekayaannya. Di akhir jabatannya dihitung lagi, jika ada kelebihan dan si pejabat itu tidak dapat membuktikan bahwa kelebihannya itu diperoleh dengan cara halal, kelebihan tersebut diambil atau dibagi dua dengan kas negara.
Mengapa harus pakai solusi syariah, toh Singapura tidak pakai Islam bisa berantas korupsi?
Kita ini tidak bicara hanya soal korupsi. Tetapi berbicara tentang sebuah sistem, sebuah pengaturan yang satu aspek dengan aspek lainnya itu mempunyai hubungan. Memang di dalam satu hal, mengenai korupsi, di sejumlah negara, katanlah di Singapura dan Swiss, angka korupsi itu bisa ditekan seminimal mungkin padahal tidak pakai syariah.
Tetapi sebenarnya Singapura dan Swiss ini telah kehilangan nilai transendental. Artinya, mereka tidak korupsi itu karena semata-mata takut kepada hukuman yang diterapkan oleh negaranya itu serta tidak menjadikannya sebagai bagian dari ibadah. Kalau kita menggunakan syariah maka kesediaan kita untuk tunduk kepada aturan-aturan yang terkait dengan pemberantasan korupsi itu bernilai ibadah

KPU Mesir Akan Batalkan Caleg yang Kampenye dengan Slogan-Slogan Agama

Komisi Tinggi Pemilihan Umum Mesir (HEC) akan membatalkan pencalonan anggota parlemen yang menggunakan slogan-slogan agama dalam kampanye mereka, jika pelanggaran itu secara resmi dilaporkan dan komisi dapat memverifikasi tuduhan tersebut, kata kepala komisi pada Selasa kemarin (6/12).
Abdul Muiz Ibrahim juga mengatakan kepada pers bahwa HEC telah memerintahkan semua badan peradilan administrasi untuk menindak terhadap setiap pelanggaran dalam kampanye pemilu.
Mengenai kelanjutan dari kampanye ilegal, Ibrahim mengatakan bahwa hal itu adalah masalah moral, sebagai anggota parlemen di masa mendatang mereka tidak boleh melanggar hukum itu sendiri.
Berbicara tentang terlambatnya hakim dan surat suara ke tempat pemungutan suara selama putaran pertama pemilihan parlemen pekan lalu, Ibrahim mengatakan panitia sedang berusaha untuk mencegah masalah tersebut terjadi lagi.
Dia mengatakan hakim akan mengawasi TPS yang dekat dengan tempat tinggal mereka dan akan memberikan surat suara 24 jam sebelum pemungutan suara dimulai.
Menanggapi rumor kecurangan, Ibrahim mengklaim bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah Mesir tidak ada kecurangan yang telah terjadi.

Islam Menanggulangi AIDS


Oleh Himatul Aliyah
(Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia)
Pemberitaan soal HIV/Aids masih membombardir media selama Desember ini. Sejak 1 Desember sebagai Hari Anti AIDS sedunia, hingga kini gaungnya masih terasa. Maklum, meski sudah menjadi perhatian sejak lama, horor HIV/AIDS masih menghantui penduduk dunia. Tak terkecuali Indonesia,  hingga 30 Juni 2011 tercatat 26.483 orang Indonesia menderita AIDS.  Mengapa volume orang dengan HIV/Aids (ODHA) bukannya menyusut malah bertambah tiap tahun?
Penanganan Salah
Penderita AIDS di dunia maupun di Indonesia, mayoritas diakibatkan karena perilaku yang menyimpang, baik homoseksual, biseksual maupun  extra marital sex atau sex bebas.  Data berikut menunjukkannnya:
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS 2011 Menurut Faktor Risiko*
No Faktor Risiko Jumlah Penderita AIDS
1 Heteroseksual 14513
2 Homo-biseksual 768
3 Pengguna jarum suntik / IDU 9587
4 Transfusi darah 53
5 Transmisi perinatal 742
6 Tak diketahui 820
* Sumber: Ditjen PP dan PL Kemenkes RI.
Selama ini  WHO membuat  juklak penanggulangan HIV /AIDS dengan Harm Reduction, yang isinya  adalah penggantian jarum suntik steril bagi IDU, substitusi metadon bagi orang yang kecanduan narkoba, dan penggunaan kondom.  Juklak tersebut laksana ejauh api dari panggangf, karena tidak menyentuh akar masalah utamanya.
Perilaku seksual menyimpang merupakan faktor risiko tertinggi untuk penderita AIDS, namun tidak ada upaya satupun untuk memberantas perilaku tersebut. Pemerintah, dengan mengacu pada WHO, justru memfasilitasi eksistensi seks bebas dengan kondomisasi.  Tidak aneh jika setiap 1 Desember, di jalan-jalan banyak orang-orang transgender alias bencong serta pendukungnya beramai-ramai membagikan kondom kepada para pengguna jalan.
Kondom bukan alat yang efektif untuk mencegah penularan virus HIV penyebab penderita AIDS.  Kondom hanya berfungsi untuk menghalangi sperma bukan virus, karena virus HIV sendiri diameternya 700 kali lebih kecil dari diameter pori-pori kondom. Jadi apa yang mau dihalangi?  Justru orang akan tertipu.  Merasa aman dengan menggunakan kondom, tapi malah menyebarkan atau tertular penyakit HIV/AIDS dari pasangan homo atau zinanya.  Dus, sudah bisa dipastikan penderita AIDS akan terus bertambah.
Penderita AIDS-pun harus dirahasiakan identitasnya dengan  alasan hak asai manusia (HAM), sehingga  orang-orang yang sehat justru akan berisiko besar untuk tertular tanpa dia sadari.
Akhir-akhir ini juga diwacanakan program imunisasi kanker serviks bagi anak-anak perempuan yang belum aktif secara seksual.  Ini berarti juga akan menyumbang jumlah perilaku seks bebas, karena orang tidak takut dengan risiko kanker serviks lagi jika melakukannya. Jika program tersebut dilaksanakan tentunya akan menambah deret penderita AIDS di Indonesia.
Sangat ironis, Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, masih mengadopsi cara-cara orang kafir dalam menangani HIV/AIDS.  Jika demikian berarti Indonesia mendukung perilaku seksual yang tidak benar.  Wajar jika keberkahan selalu menjauh dari negeri ini.
Solusi Tuntas
Islam sebagai agama yang mengandung aturan-aturan dari Allah merupakan pegangan yang benar dan pas untuk mengatur kehidupan manusia.  Jika manusia mematuhinya maka tidak akan terjangkit  penyakit menular seksual (PMS) termasuk AIDS.
Allah telah melarang mendekati zina seperti yang termaktub dalam QS Al Isra’: 32.  Mendekati zina saja tidak boleh, apalagi melakukannya, tentu lebih tidak boleh. Jika manusia tetap melakukannya maka hukum Allah dengan tegas telah ditetapkan.  Jika seseorang berbuat zina, sementara dia belum menikah, maka sanksinya dicambuk 100 kali.  Tetapi kalau dia sudah menikah yang dikenal dengan zina muhson, maka sanksinya dirajam sampai mati.
Bagi pelaku homoseksual hukumannya adalah dibunuh.  Menurut beberapa ulama cara membunuhnya dengan dibakar atau dibenturkan kepalanya ke tembok sampai mati atau dilempar dari gedung tertinggi sambil dilempari batu sampai mati.
Rasulullah Saw bersabda (yang maknanya): “Barangsiapa yang kalian dapati sedang melakukan perbuatannya kaum (Nabi) Luth, maka bunuhlah keduanya.” (Diriwayatkan oleh Imam yang lima, kecuali Nasa’iy).
Sanksi-sanksi tersebut tentunya akan membuat jera bagi pelaku perzinahan maupun homoseksual dan akan membuat yang lain takut untuk melakukannya karena beratnya hukuman yang akan diterima.
Kalaupun sudah ada yang menderita, maka akan dikarantina, agar tidak menularkan pada yang lain.  Khalifah Umar bin Khatab ra pernah melarang sekelompok orang yang terkena lepra, keluar dari lingkungannya, dan melarang orang-orang yang sehat untuk masuk ke lingkungan tersebut.  Dalam prinsip Islam, menghilangkan madlarat lebih utama dari pada mengambil manfaat.
Namun, hukum-hukum yang  benar tersebut hanya akan bersifat tekstual jika tidak ada sistem yang menerapkannya.  Hukum Islam tentu akan terlaksana dengan baik jika diterapkan oleh sistem Islam pula, yaitu Khilafah Islamiyah.
Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah yang memimpin kapal besar umat Islam seluruh dunia, akan menerapkan hukum-hukum Allah dengan adil. Khilafah akan menerapkan sanksi bagi siapa saja yang melanggarnya, sehingga hanya kebaikanlah yang akan dirasakan seluruh manusia. Mari segera bersama-sama mewujudkannya. Wallahu alam bish-shawab.(*)

Membangun Pemahaman Yang Benar Atas Berita


Oleh Waseem Aslam
الم
غُلِبَتِ الرُّومُ
فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ
فِي بِضْعِ سِنِينَ ۗ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ ۚ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ
بِنَصْرِ اللَّهِ ۚ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
(1)  Alif Laam Miim. (2) Telah dikalahkan bangsa Rumawi. (3) di negeri yang terdekat  dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang (4)  dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah. Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, (5) karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
(Ar-Rum, 30:1-5)
Sebagai Muslim, kita dipercaya untuk bertindak sebagai duta bagi Islam dan membawa ide-ide Islam kepada orang lain. Untuk mencapai hal ini, perlu untuk memahami dunia tempat kita hidup. Langkah pertama menuju hal ini adalah menyadari peristiwa-peristiwa dan isu-isu yang terjadi setiap hari dengan mengikuti berita-berita yang terjadi di seluruh dunia.
Dari sejak wahyu pertama turun, Al-Qur’an mengungkap realitas waktu. Salah satu contohnya adalah perang yang terjadi antara Romawi dan Persia yang menjadi pembicaraan diantara penduduk Makkah setelah bangsa Persia yang mushrik mengalahkan bangsa Romawi yang Kristen. Surat ar-Rum diturunkan dengan mengungkap hal ini dan meramalkan bahwa kekalahan bangsa Romawi hanyalah sementara, karena setelah itu di masa mendatang mereka akan menang sekali lagi.
Al-Qur’an juga menyebutkan keyakinan atas satu Tuhan dan menyoroti penyakit-penyakit sosial seperti kecurangan yang terjadi di pasar dan tndakan mengubur hidup-hidup anak-anak perempuan. Meskipun Nabi Muhammad SAW membicarakan kebutuhan-kebutuhan individu, beliau juga menyoroti kekurangan-kekurangan dan penyakit-penyakit masyarakat ketika itu.
Dengan munculnya saluran berita 24-jam, blog-blog, YouTube dan ponsel-ponsel pintar berita-berita sampai jauh lebih dulu menyusul berita-berita yang dilaporkan oleh surat-surat kabar. Kemudahan bagi siapapun yang bisa menulis isu-isu tertentu berarti bahwa sebuah berita tunggal dapat menghasilkan pendapat-pendapat dari dua kutub yang berlawanan. Berita-berita itu telah lama berpindah fungsi dari yang awalnya sekedar berbagi informasi tentang peristiwa-peristiwa tertentu hingga digunakannya berita-berita itu sebagai sebuah metode untuk menyebarkan ide-ide spesifik tentang isu-isu ideologis. Hal ini dapat dibenarkan atas berita-berita lokal, nasional dan global, namun tidak bisa dibenarkan atas semua berita.
Sebagaimana akan dibahas kemudian, kebanyakan berita-berita itu mengandung bias ideologis dan politik dan didikte oleh konteks politik saat ini mengenai masalah tertentu. Jika pendapat dan politik masyarakat yang utama mengenai harga-harga komoditi adalah merupakan salah satu berita yang utama, hal ini akan membutuhkan seorang wartawan yang sangat berani atau sangat bodoh untuk menentang pandangan-pandangan ini. Meskipun semua pembicaraan adalah mengenai kebebasan pers, kebanyakan wartawan hanya mengikuti aturan-aturan ideologis.
Menghilangkan Pendapat Jurnalistik dari Berita
Siapapun yang menulis tentang peristiwa-peristiwa itu akan menemukan bahwa pendapat-pendapat mereka tentang isu-isu itu muncul pada tulisan-tulisan mereka. Hal ini merupakan konsekuensi alami atas adanya pandangan-pandangan dan ide-ide atas sesuatu di dunia. Untuk dapat sepenuhnya menghargai berita dan untuk membangun opini Islam kita sendiri, maka perlu untuk mulai melihat berita-berita dengan cara yang benar.
Misalnya sebuah kisah tentang kebakaran yang terjadi di sebuah pabrik di suatu tempat dan respon yang diberikan oleh layanan darurat pemadam kebakaran atas hal itu dapat diambil sebagai informasi, karena tidak ada opini yang terkait dengan berita itu. Bahkan jika seorang wartawan merasa bahwa respon dari pemadam kebakaran bisa lebih cepat, maka semua hal ini tidak relevan sebagai satu-satunya informasi karena hal itu mengenai kebakaran itu .
Di sisi lain, terjadinya serangan bom di Lahore, Pakistan akan menghasilkan berita-berita dengan sudut pandang yang berbeda-beda, yang pada saat ini kebanyakan akan berkisar seputar menyalahkan kaum ‘militan Islam’ atas terjadinya serangan. Selanjutnya hal ini akan dilihat sebagai serangan tidak hanya atas rakyat Pakistan tetapi atas konsep demokrasi dan kebebasan. Semua ini akan dilakukan tanpa bukti yang nyata di lapangan. Ini adalah sebuah contoh bahwa pendapat lebih berharga daripada fakta sebenarnya yang diketahui, sebuah metode klasik yang digunakan oleh kalangan pers. Dengan pengulangan atas apa yang ‘mungkin’ bisa terjadi, hal itu menjadi sebuah kebenaran yang tidak bisa dipungkiri bahwa inilah yang ’sesungguhnya’ terjadi. Terlebih lagi, pengulangan berita untuk jangka waktu yang panjang akan berarti bahwa apabila nanti seseorang mendengar lagi suatu ledakan di kota-kota lain di Pakistan, maka yang terpikir pertama adalah bahwa itu adalah serangan teroris walaupun sebenarnya hal itu terjadi dikarenakan kebocoran gas.
Oleh karena itu, penting untuk menghilangkan pendapat dari berita dan hanya mengambil fakta-faktanya, karena jika tidak demikian maka pemahaman atas peristiwa-peristiwa saat ini dapat dipengaruhi oleh sumber-sumber berita. Hal ini dapat menyebabkan orang-orang yang memberitakan informasi tentang kejadian-kejadian saat ini hanya demi latihan akademis.
Contoh terakhir yang terbaik dari bias pendapat dalam pelaporan berita adalah berita mengenai Revolusi Arab. Ketika peristiwa di Mesir mulai berkembang pada akhir Januari 2011, laporan-laporan awal dari kebanyakan saluran berita adalah terjadinya protes ‘Anti-Mubarak’, dan hal ini adalah pandangan yang didorong oleh sumber berita seperti Al-Jazeera, BBC dan New York Times.
Namun, ketika protes itu mulai menjadi matang dan jumlah orang-orang yang turun ke jalan-jalan meningkat, ada pergeseran tiba-tiba dari saluran-saluran berita dengan mengacu protes itu sebagai protes ‘pro-demokrasi’. Hampir dalam semalam semua saluran berita itu mengacu pada seruan bagi demokrasi gaya Barat di wilayah tersebut. Titik catatan atas hal ini bukanlah dari konspirasi oleh media, namun mereka hanya mencerminkan konteks yang diciptakan bagi mereka oleh para politisi Barat seperti Barak Obama yang mendukung protes itu dan menyerukan reformasi demokratis dalam mengatur agenda itu agar diikuti oleh media.
Tidak ada fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa rakyat lebih menyerukan demokrasi daripada ketika demonstrasi itu mulai terjadi lebih kurang seminggu sebelumnya. Jika ada alasan kenapa semakin banyak orang yang turun ke jalan-jalan dan dimana ratusan ribu orang berdoa di Tahrir Square maka jelaslah bahwa titik acuan bagi kebanyakan demonstran itu bukanlah liberalisme melainkan Islam. Berkembangnya demonstrasi pro-demokrasi berarti bahwa ketika pemberontakan itu sampai ke Libya, Yaman dan Suriah asumsi terbanyak yang otomatis adalah bahwa mereka juga ingin demokrasi, suatu asumsi yang didasarkan pada informasi dan bukan pada realitas.
Selama puncak protes di Yaman, banyak saluran berita utama menunjukkan gambar-gambar Sheikh Zindani dalam menangani protes besar di Shan’a selama demonstrasi pada hari Jumat. Jika Anda percaya cerita yang diberikan oleh para penyiar itu, maka itu adalah tindakan mengumpulkan orang-orang yang menyerukan demokrasi dan liberalisme. Namun, orang yang mengerti bahasa Arab dan benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan oleh Zindani akan menyadari bahwa dia menyerukan pelaksanaan Syariah dan Khilafah dengan mengutip hadits Nabi Muhammad SAW tentang kembalinya Khilafah.
Sumber-sumber Media Sebagai Alat Politik
Sebagian besar organisasi media utama memiliki beberapa jenis afiliasi politik yang mungkin dilakukan lewat pengaruh langsung melalui donasi ke berbagai partai politik seperti halnya Rupert Murdoch dan kelompok surat kabarnya. Namun, organisasi media lain dilobi oleh para politisi dan penasehat mereka untuk memberitakan kisah-kisah dan pendapat-pendapat tertentu. Propagandis Tony Blair, Alistair Campbell, terkenal karena tindakannya dalam melecehkan media hingga media itu menulis apa yang dia inginkan.
Di dunia Muslim, media tidak berbeda dengan Presiden dan para pemimpin yang secara teratur mengadakan pertemuan dengan para editor surat kabar besar dan menyebarkan ketakutan agar menghentikan berita mengenai protes-protes anti pemerintah. Tindakan ini adalah sesuatu hal yang dilakukan oleh Pervez Musharraf di Pakistan terutama setelah pemberian dukungan total atas serangan NATO di Afghanistan. Ketika taktik Musharraf dengan menemui wartawan gagal untuk memberikan hasil yang dia inginkan, dia cukup melarang siaran Geo TV di Pakistan.
Pembunuhan wartawan Pakistan, Saleem Shahzad, pada bulan Juni 2011 dikatakan bahwa itu disebabkan oleh laporannya tentang ekstremisme, sehingga dia dicap sebagai sebagai korban dari para ekstrimis yang dia beritakan. Namun, pada kenyataannya pembunuhan atasnya adalah bermotif politik dan suatu sinyal bagi semua wartawan Pakistan yang berani mempertanyakan atau mengungkap kebobrokan pemerintah. Para wartawan itu menunjukkan dukungan atau simpati mereka atas pandangan yang berada di luar norma yang dapat diterima yang ditargetkan oleh para agen rahasia di dunia Muslim.
Penangkapan yang baru-baru ini dilakukan, penyiksaan dan pemenjaraan atas para wartawan Tajikistan, Urunboy Usmonov, karena laporannya atas kelompok Islam Hizbut Tahrir menunjukkan tingginya tingkat pelecehan bahwa wartawan harus ikut menderita hanya karena melaporkan apa yang terjadi di masyarakat di lingkungan mereka. Sementara di Barat, yang merupakan rumah bagi wartawan media yang bebas untuk mengungkapkan sesuatu bagi pandangan-pandangan yang menguntungkan, di bagian dunia yang lain mereka dilecehkan dan disiksa untuk membuat para wartawan itu diam.
Selain pengaruh ini, beberapa organisasi media digunakan sebagai alat untuk menyebarkan suatu agenda politik tertentu dari pemerintah. Secara tradisi, Dunia Barat telah menggunakan organisasi-organisasi seperti BBC dan CNN untuk menyebarkan pandangan politik dan ideologi mereka kepada dunia. Jika keberadaan McDonalds melambangkan adanya kebijakan pasar bebas, maka keberadaan CNN di sebuah negara berarti bahwa nilai-nilai Barat seperti liberalisme dapat dengan mudah menyebar dan berkembang di negeri muslim Muslim. Hal ini sepertinya tidak berbahaya bagi sebagian orang dan sebuah tanda kemajuan bagi sebagian orang lain tapi media itu membantu membentuk masa depan politik, sosial, ekonomi dan intelektual dari seluruh bangsa.
Kemudahan diperolehnya saluran satelit baru berarti bahwa berbagai negara bisa menyebarkan pandangan-pandangan mereka kepada audiens yang luas di seluruh dunia. Saluran-saluran berita seperti Press TV (Iran), Al-Jazeera, Russia Today (RT) dan berbagai saluran China sekarang sudah meng-global. Cara bagaimana saluran-saluran itu mendiskusikan dan memperdebatkan isu-isu tertentu secara langsung berkorelasi dengan kebijakan luar negeri dari negara-negara yang mereka wakili.
Saluran berita Press TV Iran telah menjadi satu-satunya saluran berita yang tidak menutupi pemberontakan yang terjadi Suriah seperti cara yang dilakukannya ketika mereka menutupi aksi-aksi protes lainnya. Bahkan saluran itu telah melangkah lebih jauh dalam menjalankan kisah-kisah yang langsung mendukung rezim Assad. Hal ini sejalan dengan kebijakan luar negeri Iran yang mendukung Suriah karena link Syiah yang mereka miliki.
Demikian juga dengan RT (Russia Today) yang telah mendorong agenda anti-Amerika pada seluruh operasi yang dilakukan di Libya oleh NATO dan lagi dan lagi menyoroti penggunaan gas air mata buatan Amerika dalam protes baru-baru ini di Mesir. Sikap anti-Amerika ini telah juga telah disebarkan oleh saluran Berita Cina (CCTV). Rusia dan Cina adalah di antara saingan-saingan Amerika secara politik dan ekonomi di dunia. Oleh karena itu wajar bagi saluran-saluran berita mereka untuk secara efektif melemahkan kebijakan Amerika di dunia.
Hal seperti bias politik ini tidak hanya ditunjukkan oleh saluran-saluran  yang kurang dikenal tetapi juga oleh saluran-saluran berita seperti BBC dan Al-Jazeera yang merupakan perpanjangan dari BBC lama berbahasa Arab di Qatar. Selama terjadinya pemberontakan di Mesir, Mohamed ElBaradei, mantan kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), disebut-sebut oleh BBC dan Al-Jazeera sebagai penyelamat Mesir. Kedatangannya ke segelintir pendukungnya di Tahrir Square dielu-elukan sebagai tonggak perubahan sejarah bagi Mesir. ElBaradei yang sangat dipengaruhi oleh Eropa dan Inggris merupakan seorang sekutu alami bagi BBC dan Al-Jazeera.
Namun, bagi Amerika dia dipandang sebagai pembuat masalah dikarenakan pandangannya yang berbeda mengenai kebijakan nuklir Iran sewaktu dia menjabat sebagai kepala IAEA. Jadi, CNN menghabiskan sebagian besar liputannya dengan melaporkan kedatangannya ke Mesir dengan mempertanyakan keabsahan pencalonannya. Pada saat yang sama ketika Al-Jazeera juga mempromosikan validitas ElBaradei, CNN menggunakan para ahlinya yang meragukan kemampuan ElBaradei untuk menjalankan pemerintahan
Merumuskan Suatu Pendapat Islam pada Berita
Memahami berita dan merumuskan sebuah pendapat tentang apa yang terjadi di dunia di sekitar kita adalah sesuatu yang dapat dengan mudah dilakukan, seandainya kita memahami opini ideologis, bias politik dan konteks saat ini. Semua tindakan ini hanyalah sekadar pra-indikator atas tujuan nyata dalam mengejar berita yakni untuk membangun suatu opini Islam di dunia di mana kita hidup.
Sebagaimana Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatasi realitas pada zamanya, maka Islam dapat pula mengatasi dunia tempat kita hidup pada hari ini. Memahami dan menciptakan pendapat Islam tentang isu-isu pada saat in adalah bagian yang mendasar dari dakwah Islam kepada dunia.
Sebuah contohnya adalah ikut campurnya Barat di dunia Muslim dan reaksi dari para penguasanya. Dengan hanya memeriksa fakta-fakta yang ada, jelas bahwa serangan NATO di pos-pos perbatasan Pakistan tidak lebih dari suatu tindakan perang. Tidak ada istilah politik lainnya yang dapat digunakan untuk menjelaskan tindakan ini. Media akan membuat Anda percaya bahwa tindakan penutupan pangkalan udara Shamsi dan pemblokiran garis pasokan NATO merupakan tindakan pembangkangan yang besar terhadap hegemoni Amerika. Namun, menghapus bias politik media dan memahami dan menerapkan pandangan-pandangan Islam tentang hal itu adalah jelas bahwa Islam mewajibkan penguasa untuk memutuskan semua hubungan dengan Amerika. Termasuk mengusir semua agen CIA dan para diplomat, mengakhiri semua hubungan ekonomi dan militer.
Pendapat ini hanya dapat dicapai dengan melihat melalui media dan menerapkan pemahaman Islam atas peristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini. Hal ini tidak hanya terjadi pada masalah-masalah politik tetapi juga masalah-masalah sosial. Baru-baru ini, Channel Dawn, sebuah TV Pakistan (seperti surat kabar) memuat berita tentang pekerja seks di Karachi dan penyebaran penyakit seksual menular, dan solusi yang mereka tawarkan atas masalah itu adalah kontrasepsi dan pendidikan yang lebih baik atas para pekerja seks itu mengenai penyakit seksual menular, sebuah solusi yang didorong oleh ideologi barat dan bukan berasal dari Islam.
Melihat berita dengan cara yang benar berarti bahwa kita memahami masalah prostitusi di Pakistan merupakan konsekuensi dari tidak diterapkannya sistem Islam dan bukan karena apa yang orang inginkan. Solusinya bukanlah pendidikan yang lebih baik, tetapi dengan melarang adanya transaksi seperti itu sebagai sesuatu yang haram, bersama dengan dihapuskannya kemiskinan yang menyebabkan para wanita menjual diri kemudian diikuti dengan hukuman bagi orang-orang yang melakukan tindakan seperti itu.
Islam adalah unik dalam kemampuannya untuk mengatasi semua masalah pada setiap waktu, dan kemampuan ini hanya dapat benar-benar ditunjukkan kepada masyarakat di sekitar kita jika kita memahami isu-isu kontemporer.
Sumber :www.khilafah.com